Mukti-smansa Weblog

english is fun

Mathabah Foundation Home Page - Shaykh Yusuf Badat

IslamicPoem - Islamic Poems - IslamicPoem - Islamic Poems - Islamic Poetry

Future Islam → The Future For Islam

05 November 2010

Tulisan Sarlito: soal Lepas Jilbab

Ini sekadar mendokumentasikan tulisan orang lain saja. Untuk dipelajari dll, baik sependapat ataupun tidak.


Fenomena "Perempuan (Melepas) Jilbab"

Minggu, 24 Oktober 2010 - 10:58 wib
ITU adalah sebuah judul buku yang ditulis oleh seorang sarjana psikologi bernama Juneman dan diterbitkan oleh PT LKIS Printing Cemerlang, Yogyakarta. Ketika buku itu akan di-launching, Juneman meminta pendapat saya, bagaimana baiknya.

Apakah buku ini diteruskan terbit atau ditunda atau bahkan dibatalkan saja. Pertanyaan yang sangat masuk akal melihat betapa di Indonesia ini orang bisa dilempari batu atau bahkan ditusuk hanya karena melakukan sesuatu yang menurut sekelompok orang tertentu bertentangan dengan apa yang menurut mereka melanggar syariat agama, misalnya membangun rumah ibadah, berdoa atau berbusana secara tertentu. Di Aceh misalnya, perempuan bisa ditangkap polisi syariat hanya gara-gara pakai jins dan baju ketat walaupun berjilbab.

Padahal busana seperti itu sangat umum di Jakarta. Ketika saya jadi pensyarah pelawat (istilah Malaysia untuk: dosen tamu) di Universiti Malaya (UM), saya bermukim di Kuala Lumpur selama satu semester. Menurut pengamatan saya, suasana keberagamaan di Malaysia lebih kental dari di Indonesia. Semua bumiputra (istilah Malaysia untuk pribumi) identik dengan muslim. Kalau di Kampus UI Jakarta kita masih bisa lihat cowok-cowok nongkrong di kantin pada saat salat Jumat, di UM kantin-kantin bersih dari cowok bumiputra pada saat seperti itu.

Bahkan saya agak tercengang ketika mengetahui bahwa beberapa rekan profesor saya berpoligami. Sayang sekali kontrak saya terlalu singkat dan saya pun membawa istri saya ke Malaysia. Kalau saya sendirian di sana, mungkin saya akan minta kontrak saya diperpanjang sampai waktu yang tidak terbatas. Saya tercengang karena selama ini mengira bahwa yang boleh berpoligami hanya para sultan dan bangsawan saja, sebagai privilege yang dibenarkan oleh adat, bukan agama.

Ternyata bukan begitu. Ternyata memang orang Malaysia menjalankan agama sesuai dengan syariat Islam, bukan sekadar adat. Saya tanyakan hal ini kepada mahasiswa-mahasiswa saya, laki-laki maupun perempuan. Saya tambah heran karena juga buat mereka poligami adalah hal yang biasa-biasa saja. Di antara mereka cukup ramai (bahasa Malaysia untuk: banyak) yang lahir dari keluarga poligami dan ketika saya tanya apakah mereka nanti akan berpoligami (buat yang laki-laki) atau mau dimadu (buat yang perempuan), jawab mereka,“Mungkin saja.” Alasan dari mahasiswi,“Daripada suami saya berzina ....” Subhanallah ... alangkah bahagianya orang Malaysia. Semuanya ahli surga. Namun dalam hal busana, mereka justru lebih santai daripada yang diharuskan oleh kelompok tertentu di Indonesia. Di dekat apartemen tempat kami tinggal ada sebuah restoran tempat kami makan malam kalau istri saya sedang malas memasak. Salah satu pelayannya berjilbab, tetapi mengenakan jins (dengan kantong di bokongnya menggelembung karena ada HP-nya) dan kaus ketat tangan pendek.

Saya pun yang Islamnya biasa-biasa saja (paling setengah- tingkat lebih tinggi dari pada Islam KTP) merasa disonan (bahasa psikologi untuk: heran) karena sepengetahuan saya, yang namanya aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali telapak tangan dan wajahnya (bahkan wajah pun kadang harus ditutup karena termasuk aurat). Jadi baju perempuan, walaupun kaus, ya harusnya tangan panjang, dong. Begitu pikir saya. Namun disonansi saya tidak lama.

Setelah saya tinggal beberapa hari di Kuala Lumpur, saya melihat cukup banyak perempuan bumiputra di mal (bukan di kampus) yang tidak berjilbab walaupun berbaju muslim. Saya juga melihat cewek-cowok pacaran di mal, pegangan tangan, duduk berdampingan rapat-rapat, berangkulan, dan sebagainya sebagaimana layaknya cewek-cowok pacaran di mal-mal Jakarta, padahal mereka tetap berjilbab.

Bahkan saya pernah menyaksikan serombongan ABG perempuan di tempat parkir di basement berlarian sambil tertawa- tawa menuju pintu masuk mal. Khas perilaku ABG-lah di mana pun di dunia ini. Bedanya adalah bahwa mereka berhenti sejenak di depan sliding door mal, copot jilbab masing-masing, memasukkan jilbab ke ransel, dan melanjutkan berhamburan masuk ke dalam mal. Sejak itu saya berkesimpulan bahwa ternyata jilbab di Malaysia hanya bagian dari aksesori busana yang lazim, tetapi tidak harus dipakai. Sesuai selera dan situasi dan kondisi saja.***

Berbeda sekali dengan pengalaman saya di Arab Saudi. Ketika saya bekerja sebagai konsultan untuk sebuah perusahaan elektronik Indonesia yang mengerjakan proyek di Makkah dan Madinah (1980) maupun ketika saya berhaji dengan istri saya (1995), saya melihat semua perempuan Arab Saudi berjilbab dan bercadar. Bukan sembarang jilbab dan cadar, melainkan jilbab lebar hitam dan cadar pun hitam.

Jadi di Arab sana, tidak ada fashion-fashion busana muslim seperti di Indonesia yang walaupun berjilbab, masih bisa tampil sensual. Karena itu saya pikir tadinya di Arab Saudi perempuan berjilbab benar-benar karena faktor agama. Apalagi saya sering melihat formasi keluarga Arab ketika sedang berjalan-jalan di tempat-tempat umum di Arab Saudi. Sang bapak jalan paling depan, ibu berjalan beberapa langkah di belakangnya, lengkap dengan jilbab-lebat-tutup rapat- hitamnya, sambil menggandeng dua atau tiga anaknya.

Saya heran, bagaimana anak-anak itu bisa membedakan ibunya dari perempuan-perempuan lain yang semuanya berjilbab-lebar-tutup rapat- hitam? Saya sendiri melihat perempuan-perempuan itu sama saja. Kalau istri saya ada di antara mereka, saya pun tak tahu bagaimana mengenali istri saya, kecuali saya panggil dan dia menjawab. Nah suara istri saya pasti saya kenal karena itulah satu-satunya suara perempuan yang paling dekat di hati saya (di samping beberapa suara perempuan lain yang juga dekat di hati saya).

Namun anggapan saya bahwa perempuan Arab berjilbab karena hakkul yakin akan agamanya sirna ketika dalam suatu penerbangan dari Kairo ke Amsterdam (1976) sejumlah perempuan Arab berjilbab- lebar-tutup-rapat-hitam bergantian masuk toilet dan keluar dari toilet mereka sudah buka jilbab semua. Di bawah jilbab itu ternyata mereka memakai busana dan aksesori bermerek (waktu itu sedang zaman oil boom, jadi orang Arab kaya-raya) dan wajah mereka cantik-cantik (wanita Timur Tengah rata-rata cantik). Ternyata berjilbab atau tidak berjilbab hanyalah pilihan saja. Di Arab lebih baik berjilbab, di Eropa lebih senang buka jilbab.***

Karena itu, apa yang ditulis Juneman dalam bukunya Fenomena Perempuan (Melepas) Jilbab tidak jauh-jauh dari realitas yang ada di seluruh dunia. Kasus-kasus yang diwawancarai dalam buku Juneman semuanya memilih untuk membuka jilbab karena berbagai alasan. Persis sama dengan ketika mereka memilih untuk memakai jilbab yang juga dengan berbagai alasan. Karena itu kata “melepas” judul buku itu diberinya kurung. Artinya, kalau kita mau, kita bisa saja menggantinya dengan kata “memakai” tanpa mengubah isi buku.

Soal pilih-memilih ini sebetulnya sangat manusiawi. Setiap hari manusia selalu melakukan pilihan. Memilih mau nikah atau tunda nikah, pilih sekolah atau kerja, pilih makan di rumah atau di warung, pilih baju, pilih kendaraan umum, pilih parpol atau presiden (dalam pemilu), dan seterusnya. Begitu juga soal berbusana, pilih (melepas) atau (memakai) jilbab. Sama saja, hanya soal pilihan. Bahkan pilih agama mana yang mau dianut atau mau pilih gak mau beragama sama sekali, itu sah-sah saja karena pilihan memang menyangkut hak asasi manusia yang namanya “kebebasan”.

Dengan perkataan lain, orang yang terenggut kebebasan memilihnya sama saja dengan terenggut salah satu hak asasinya. Termasuk kalau dia tidak boleh memilih agama atau kepercayaan atau versi kepercayaannya. Masalah timbul ketika kebebasan yang hak asasi itu bertemu dengan hak asasi orang lain yang bebas memilih juga, yang kebetulan saling bertentangan. Misalnya kalau seorang perokok bertemu di satu tempat dengan orang yang nonperokok. Mereka pasti berbenturan kepentingan, kecuali salah satu mau mengalah dan menyingkir.

Demikian juga kalau orang memilih agama atau busana dan orang lain tidak menyukainya, maka akan terjadi konflik lagi, kecuali kalau salah satu bertoleransi (wanita wartawan CNN selalu berkerudung dan berbaju tertutup kalau sedang meliput di Afghanistan atau Irak). Tidak (atau: kurang) adanya toleransi dari sebagian masyarakat Indonesia inilah yang membuat Juneman waswas ketika akan melaunching buku ini. Perasaan waswas ini bukan dialaminya sendiri, melainkan banyak yang waswas kalau suatu persoalan sudah menyangkut masalah agama atau sesuatu yang dianggap termasuk dalam kawasan agama.

Apalagi kalau untuk mencari jalan keluarnya (“duduk-bersama”) tetap saja digunakan dalil-dalil agama (termasuk hukum syariat) karena hukum agama, seperti halnya setiap hukum lain, pada dasarnya tidak toleran terhadap segala sesuatu yang di luar dirinya (pelanggaran hukum). Apalagi kalau hukum agama tertentu harus diterapkan kepada orang lain yang tidak percaya pada agama itu atau bahkan orang dari agama itu sendiri yang tidak percaya pada hukum-hukum agama yang itu.

Karena itu sebaiknya memang kalau sudah menyangkut hubungan dengan sesama manusia (hablum-minannas), terutama kalau sudah menyangkut orang banyak, tidak terbatas pada kalangan sendiri saja, kita gunakan hukum negara saja. Ada yang mengatakan, “Loh, kok hukum Tuhan dianggap lebih rendah daripada hukum negara yang bikinan manusia?” Tapi apa boleh buat, sebab Tuhan yang membuat hukum itu benar memang Tuhannya sebagian orang tertentu, tetapi belum tentu diakui (maaf) sebagai Tuhannya sebagian orang lain. Adapun hukum negara minimal diakui (walau tidak selalu ditaati) oleh hampir seluruh bangsa ini.(*)

SARLITO WIRAWAN SARWONO
Guru Besar Fakultas Psikologi UI

Sumber: http://suar.okezone.com/read/2010/10/24/58/385747/58/fenomena-perempuan-melepas-jilbab


25 September 2010

Heboh Otak Tengah

Otak Tengah yang Bikin Heboh PDF Print
Saturday, 25 September 2010
INGINanak Anda berkembang di atas rata-rata? Apakah Anda ingin memberi anak Anda kemampuan seperti para pesulap besar? Ingin anak Anda berprestasi sangat tinggi di sekolah dan kehidupan?


Pelatihan ini memberikan kemampuan- kemampuan itu dalam waktu dua hari! Begitulah bunyi promosi yang dilayangkan sebuah lembaga yang menawarkan aktivasi otak tengah.Ya,fenomena aktivasi otak tengah (midbrain/ mesenchephalon) dalam waktu setahun terakhir menjadi pembicaraan banyak orang tua. Memang sudah banyak kesaksian dan testimoni yang mendukung argumentasi tentang efektivitas aktivasi otak tengah terhadap peningkatan kercerdasan, namun hingga saat ini banyak pihak meragukan sisi ilmiahnya. Fenomena ini pula yang membuat guru besar psikologi Universitas Indonesia Sarlito Wirawan Sarwono geram.Dia mengkritik keras fenomena aktivasi otak tengah yang berkembang belakangan.

Sarlito terutama menekankan pada lemahnya sisi ilmiah dampak aktivasi otak tengah terhadap kecerdasan anak. Menurut dia, maraknya fenomena pelatihan tentang aktivasi otak tengah semakin meresahkan. Alasannya, hingga saat ini belum ada argumentasi ilmiah yang mendukung kesimpulan bahwa aktivasi otak tengah bisa membantu meningkatkan kecerdasan anak. ”Semua masih berdasarkan kesaksian dan testimoni. Jika ingin mengklaim sebagai sesuatu yang ilmiah, maka harus didukung dengan metode ilmiah dan verifikasi yang terukur. Jadi harus standar,” ujar Sarlito kepada SINDO. Hingga kini belum ditemukan laporan riset atau paper di jurnal ilmiah yang membahas korelasi antara aktivasi otak tengah dengan tingkat inteligensi.

Untuk menjadi cerdas dan genius tidak mudah, tetapi harus melalui proses panjang. Antara lain seorang genius memiliki IQ tinggi, kemampuan untuk berinovasi, ketekunan, dan fokus pada apa yang dipelajarinya. ”Saya menjadi gerah dengan fenomena aktivasi otak tengah ini karena ada salah satu mahasiswa saya yang mengaku menjadi korban dari trainingyang hanya dua hari dengan biaya jutaan rupiah tapi katanya bisa membuat anak menjadi cerdas, berakhlak, dan memiliki emosi yang bagus,”papar Sarlito. Saking geramnya Sarlito mengibaratkan fenomena maraknya aktivasi otak tengah ini tidak berbeda dengan fenomena Mak Erot, wanita yang dikenal mampu memperbesar alat reproduksi kaum pria. Banyak kesaksian yang melingkupi, tapi tidak bisa dibuktikan khasiatnya secara ilmiah.

”Jika mereka melakukan kegiatan dengan benar tanpa alasan ilmiah segala, saya tidak ungkit,” keluh Sarlito. Pelatihan aktivasi otak tengah (saat ini) hanya diperuntukkan bagi anak usia 5–15 tahun.Menurut Sarlito, anak-anak usia 5–15 tahun adalah masa di mana mereka suggestible. Mata mereka ditutup kain dan disugesti untuk bisa melihat, maka mereka akan merasa bisa melihat.Atau sangat mungkin ada celah di antara hidung yang bisa digunakan anak untuk mengintip. Wajar saja kalau mereka bisa menggambar atau membaca. ”Untuk semakin membuktikannya, kita lihat saja 10 tahun lagi anakanak yang katanya bisa menjadi genius itu akan menjadi apa,” tantangnya.

Sarlito juga mengkritik secara keras argumentasi yang menyebutkan bahwa aktivasi otak tengah bisa menyeimbangkan emosi dan menumbuhkan rasa empati anak. Sehingga si anak akan memiliki akhlak mulia.Padahal, untuk membangun karakter dan akhlak seseo r a n g , peranan terbesar adalah dari pendidikan dan lingkungan. Selain itu prosesnya juga butuh waktu lama dan bersifat dinamis. Prinsipnya, masyarakat harus bersikap kritis terhadap segala sesuatu yang bersifat instan. Bagaimanapun fenomena semacam aktivasi otak tengah yang demikian populer ini akan tetap berulang di masa mendatang. Situasi itu contohnya pada fenomena metode belajar matematika dengan teknik sempoa atau kumon yang sempat meraih popularitas.

Meski saat ini metode-metode tersebut tidak mati,namun popularitasnya sudah surut. Demikian pula aktivasi otak tengah, bisa jadi nanti akan digantikan fenomena lain yang tidak kalah populernya. Terkait otak tengah ini Sarlito menjelaskan, bagian otak ini berfungsi untuk mengoordinasikan semua stimulus indra perasa sebelum didistribusikan ke bagian-bagian otak lain.Adapun kecerdasan terletak pada kulit otak yang tersebar. Otak tengah adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai relay station untuk penglihatan dan pendengaran. Dalam pandangan Sarlito, otak tengah tidak mengurusi inteligensi, emosi, apalagi aspek-aspek kepribadian lain seperti sikap, motivasi, dan minat.

Berbeda dengan Sarlito, penulis buku Dahsyatnya Otak Tengah Hartono Sangkanparan menjelaskan, yang dimaksukan genius dengan otak tengah adalah keseimbangan dalam memakai seluruh bagian otak secara bersamaan.Tidak ada lagi pemisahan-pemisahan. Karena otak sebenarnya memang bekerja secara terintegrasi dengan tingkat kompleksitas yang tinggi. Secara mudah genius yang dimaksudkan adalah keseimbangan antara IQ dan EQ ditambah dengan loving inteligence (kemampuan mengasihi orang lain). ”Diharapkan generasi baru ini akan menjadi orang-orang yang berpikiran terbuka,positif,kreatif, dan baik hati. Karena otak tengah mempunyai fungsi koordinasi, dengan aktifnya otak tengah, kecerdasan secara umum akan meningkat,” ujar Hartono yang juga pernah mengikutkan anaknya pada program pelatihan aktivasi otak tengah ini kepada SINDO.

Menurut dia, secara umum kecerdasan yang muncul adalah kecerdasan dasar yang sudah ada di otak anak, tetapi belum terlihat manifestasinya.Beberapa di antaranya adalah meningkatnya konsentrasi, daya ingat,daya tangkap, kreativitas, daya analisa. Otak tengah adalah bagian integ ral d a r i otak.Tidak dapat dipisahkan dengan otak kanan, kiri, depan, belakang. Mereka semua terkait dalam satu kesatuan. ”Beberapa orang yang salah mengerti menjelaskan seolah-olah otak tengah adalah otak superior yang mengalahkan otak lain. Mungkin ada yang menyangka kita tidak perlu otak lain selain otak tengah.Tentu saja ini tidak benar.

Otak tengah adalah bagian dari otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari bagian otak yang lain,”paparnya. Selama ini sebagian kalangan yang mengklaim sisi positif aktivasi otak tengah juga meyakini bahwa bagian kecil dari otak ini berfungsi menghubungkan otak kanan dan otak kiri.Tetapi, pada kalangan medis hal itu dibantah dan dianggap sebagai sebuah kesalahan fatal. Karena dalam kacamata medis, otak tengah (mesenchephalon) tidak berada di tengah-tengah, antara otak kanan dan otak kiri, melainkan berada di tengah-tengah antara otak depan dan otak belakang. Pandangan ini juga diperkuat tulisan Arman Yurisaldi dalam bukunya ”Mengungkap Misteri Otak Tengah” yang menyebutkan, otak tengah (midbrain), secara anatomik adalah bagian penghubung otak depan (forebrain) dengan otak belakang (hindbrain).

Lalu,P Sidharta dan G Dewanto dalam buku Anatomi Syaraf Pusat Manusia menulis bahwa penghubung antara otak kiri dan kanan adalah corpus callosum.Karena itu, bagi kalangan yang ”menentang” program aktivasi otak tengah menyatakan, kesalahan fatal ini membuktikan bahwa secara anatomi,para praktisi otak tengah tidak dapat dipercaya dalam sisi ilmiahnya. (abdul malik/ islahuddin)


Bak Cendawan di Musim Hujan PDF Print
Saturday, 25 September 2010
BEBERAPAdekade lalu, otak kiri lebih ”terpandang” daripada bagian otak lainnya.Namun dengan perjalanan waktu, fungsi otak bagian lain pun terbukti tidak kalah penting.

Sebagai pusat inteligensi dan kecerdasan, otak kiri diagungkan sebagai kunci sukses orang dalam menghadapi masa depan. Kadar kecerdasan otak kiri seseorang sering disebut dengan IQ (intelligence quotient). Diketahui bahwa kadar IQ pun bisa dihitung. Semakin tinggi nilai IQ seseorang dapat dipastikan kecerdasan intelektualnya semakin tinggi.Tidak mengherankan, banyak orang mengagung-agungkan nilai IQ. Tidak dapat dimungkiri,sejumlah ilmuwan besar dan ternama serta sejumlah penerima Nobel ilmu pengetahuan mempunyai IQ tinggi. Bahkan seorang ilmuwan dari Korea Selatan,Kim Ung-yong, mempunyai skor IQ 210.

Lantaran dianggap sangat besar pengaruhnya, tidak aneh bila dalam sejumlah kesempatan skor IQ menjadi salah satu pertimbangan penting. Misalnya ketika akan masuk sebuah lembaga pendidikan atau instansi kerja. IQ memuat kemampuan memori otak dan penghafalan.IQ juga mencakup semua yang berisi tentang talenta, pemikiran,rumus-rumus, logika, dan lain-lain yang bersifat memorial. Namun seiring perjalanan waktu, akhirnya terbukti bawah IQ dengan kecerdasan intelektual bukan satu-satunya ”penentu”masa depan. Bahkan sejumlah penelitian menyebutkan kecerdasan emosi (emotional quotient/EQ) yang dipopulerkan seorang peneliti,Daniel Colengan,dinilai lebih penting daripada IQ.

Kecerdasan emosi berkaitan dengan kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran, serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya. Karena bersifat emosi, EQ sulit berubah sesuai dengan kepribadian. EQ bisa dipengaruhi beberapa faktor seperti pergaulan, budaya, dan lainnya. EQ berhubungan dengan otak kanan. Dengan ditemukan sejumlah fakta bahwa EQ mempunyai peranan lebih penting daripada IQ, maka berakhir juga ”hegemoni” otak kiri daripada otak kanan. Orang tidak lagi hanya berlombalomba memperkuat kadar intelektual dan memaksimalkan otak kiri semata.Peran otak kanan yang sangat responsif terhadap keadaan sekitar pun terus mendapatkan porsi yang lebih besar.

Mengingat pentingnya faktor emosi dan otak kanan, orang pun semakin sadar akan kebutuhan untuk mempertajam kecerdasan emosi.Hal ini sangat penting untuk bersosialisasi dan membentuk karakter diri.Salah satunya akan tampak di dalam dunia kerja. Banyak orang berlomba memperbaiki kecerdasan emosi bagi kesuksesan kehidupan mereka. Menurut pakar EQ dari Radani Edutainment Hanny Muchtar Darta,berdasarkan penelitian,EQ memberikan kontribusi sebesar 90% dalam kesuksesan seseorang dan IQ memberikan kontribusi 10% untuk menjadikan anak sukses. Selain dua kecerdasan di atas, kecerdasan lain yang muncul adalah kecerdasan spiritual. Kecerdasan yang sering disingkat SQ ini merupakan kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh.

SQ dianggap sebagai sarana untuk memecahkan persoalan. Utamanya persoalan yang menyangkut masalah eksistensial seperti saat seseorang terpuruk, terjebak kebiasaan, kekhawatiran, kesedihan,dan lainnya. Berbeda dengan IQ yang diukur melalui kecerdasan, atau EQ yang diukur melalui interaksi sesama manusia, SQ diukur melalui sifat-sifat baik dari Tuhan yang dipahami dan diterapkan. SQ berpikir unitif, yaitu kemampuan untuk menangkap seluruh konteks yang mengaitkan antarunsur yang terlibat. Dalam perkembangannya muncul ESQ (emotional spiritual quotient).ESQ adalah model mekanisme sistematis untuk mengelola ketiga dimensi manusia, yaitu tubuh (body),pikiran (mind),dan hati (soul).

Lalu, dalam beberapa waktu terakhir ini muncul model kejeniusan yang disandarkan pada aktivasi otak tengah. Otak tengah, walaupun kecil,konon mempunyai peran yang sangat penting. Sebagian kalangan menilai otak tengah menjadi penyeimbang dalam pemakaian otak kanan dan kiri secara bersamaan sehingga dengan posisi sebagai manajer ini otak tengah adalah sentral yang tidak bisa dikecilkan fungsinya.

Pelatihan Kecerdasaan

Pelatihan untuk memaksimalkan peran otak dan kecerdasan sering sekali didengar.Di kala IQ dianggap sebagai komponen terpenting, saat itu juga pelatihan mengasah IQ banyak diminati. Sejumlah buku dan lembaga pelatihan pun muncul. Semuanya untuk memberikan solusi kepada masyarakat dalam mengejar keinginan mereka mengejar kecerdasan intelektual dan logika. Begitu juga ketika EQ ramai dibicarakan,sejumlah buku untuk memaksimalkan EQ dan pelatihan pun bermunculan.

Semuanya untuk membentuk kepribadian dan sikap serta emosi dalam menghadapi sejumlah tantangan kehidupan. Apalagi ada banyak keyakinan bahwa pengendalian emosi yang bagus akan bisa menyelesaikan permasalahan lingkungan dan komunitas dengan lebih baik. Dalam bidang ESQ juga muncul pelatihan. Salah satunya dan mungkin yang terbesar adalah pelatihan ESQ pimpinan Ary Ginanjar Agustian. Pelatihan ESQ menjadi fenomena serta menggugah dan mengubah kehidupan seseorang. Banyak yang menilai pelatihan ini berbeda dari pelatihan lain dan bukan sekadar pelatihan kepemimpinan atau manajemen biasa. ESQ mendapatkan sambutan yang luar biasa.Pada Agustus lalu,8.140 mahasiswa baru Universitas Indonesia mengikuti pelatihan ESQ.

Fenomena yang sama juga terjadi pada otak tengah.Pelatihan juga muncul ketika otak tengah ramai dibicarakan.Pelatihan yang paling populer tentang otak tengah adalah yang diselenggarakan Genius Mind Consultancy (GMC) yang berasal dari Malaysia. Hanya dalam dua hari pelatihan, otak tengah akan berfungsi dengan baik lagi. Salah satu hal yang sering identik dengan aktivasi otak tengah adalah melakukan aktivitas menutup mata (blind fold).

Bermunculannya sejumlah pelatihan merupakan respons atas permintaan masyarakat untuk lebih memaksimalkan kemampuan anggota keluarga mereka.Namun, umumnya berbagai pelatihan tersebut ibarat cendawan di musim hujan, sesaat marak,kemudian lindap. (abdul malik/islahuddin)


Kontroversi Aktivasi Isi Kepala PDF Print
Saturday, 25 September 2010
SEBAGIANbesar masyarakat memercayai aktivasi otak tengah bisa menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri. Sebagian lain justru menuding program ini sebagai bentuk kegiatan bisnis ”tipu muslihat” berkedok sains ilmiah.


Di masyarakat kini berkembang kontroversi tentang aktivasi otak tengah.Tidak sedikit masyarakat yang memberikan tanggapan positif terhadap program ini. Mereka begitu memercayai manfaatnya.Sebaliknya, banyak pula yang menuding program ini sebagai bentuk penipuan gaya baru. Kendati begitu, fenomena maraknya pelatihan aktivasi otak tengah di Indonesia sudah banyak diikuti masyarakat. Meski harus merogoh kocek sebesar Rp3,5 juta per anak untuk mengikuti pelatihan selama dua hari,tidak sedikit masyarakat yang mengikutkan anaknya dalam program ini.

Malah, Genius Mind Consultancy (GMC)–Indonesia sebagai lembaga penyelenggaraan pelatihan aktivasi otak tengah di Indonesia telah memiliki cabang waralaba hampir di seluruh Indonesia. Untuk setiap kota biasanya ada pemegang lisensi master dan sublisensi. Di Jakarta misalnya sudah ada empat lembaga GMC yang berdiri. Demikian juga di Bekasi ada satu pemegang lisensi master dan delapan cabang lainnya. Hal serupa juga terjadi di kota-kota lain di Indonesia. Ibaratnya, kini Indonesia sedang demam aktivasi otak tengah. Sudah 5 tahun GMC mengembangkan metode aktivasi otak tengah yang dilakukan dalam waktu 2 hari di Malaysia dan negara lain (khusus untuk usia 5–15 tahun). Pencetus pelatihan ini adalah pria berkebangsaan Malaysia David Ting.

Disebut-sebut,metode aktivasi otak tengah telah berkembang selama 50 tahun di Jepang.Sebagian masyarakat meyakini tingkat keberhasilan pelatihan ini sangat fenomenal dan membantu ribuan anak di seluruh dunia menjadi lebih cerdas, berbakat, dan punya karakter yang baik. GMC hadir di Indonesia pertama kali di Batam dengan program yang dilaksanakan pada 26–27 September 2009. Program yang sama juga kemudian diikuti di Bandung dan sekitarnya hingga Cirebon, juga pada tanggal yang sama. Setelah itu, program ini digelar di sejumlah kota di Indonesia. Pemegang master lisensi GMC untuk wilayah Indonesia adalah Donny Satiya.

Saking fenomenalnya, Sabtu (25/9), GMC Indonesia melatih 50 anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) di markas besar Cilangkap setelah pada 12 April 2010 GMC Indonesia berkunjung untuk memberikan presentasi mengenai aktivasi otak tengah. Kesaksian-kesaksian tentang manfaat dari aktivasi otak tengah mungkin sudah tidak terhitung. Banyak kisah dan pengalaman yang diungkapkan orang tua alumni di laman situs resmi GMC Indonesia dan cabang kota lain hingga di jejaring sosial dunia maya Facebook. Kabarnya anak-anak yang mengikuti pelatihan ini tidak hanya mampu menggambar dan membaca dengan mata tertutup, tetapi juga memiliki kemampuan ajaib lain.

Sebagaimana dapat dilihat dalam laman akun Facebook GMC Indonesia, misalnya, dikisahkan perihal GMC cabang Gresik yang menemukan fenomena baru. Jika biasanya seorang anak (setelah mengikuti pelatihan) bisa mengetahui warna dan gambar dengan cara diraba, dicium, didengar, tetapi salah satu siswa GMC Gresik bisa menebak tulisan dalam kertas yang dilipat dengan cara menggunakan indera pengecap, yaitu lidah. Namun, informasi itu belum terkonfirmasi benar atau tidaknya. Meski demikian, aktivasi otak tengah diyakini membuat anak-anak bisa membaca dan melihat dengan mata tertutup (blind fold),karakter mereka menjadi lebih baik, serta prestasi sekolah mereka meningkat.

Sudah banyak kesaksian yang menyatakan kebenarannya. Bukti lain yang lebih fenomenal mengenai program ini adalah adanya pengakuan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) terhadap kegiatan bersepeda dengan mata tertutup yang diikuti 500 anak pada Mei 2010 di Jakarta yang diselenggarakan GMC Indonesia. Sebagian orang menuding, mata anak-anak yang mengikuti kegiatan sepeda santai di Bundaran HI Jakarta tersebut tidak sepenuhnya ditutup sehingga mereka masih bisa melihat dan mengayuh sepeda dengan aman. Namun argumentasi lain juga menyebutkan bahwa jika memang terjadi kebohongan, apakah mungkin dilakukan secara kompak oleh 500 anak tersebut?

Yang jelas, menurut pemilik lisensi GMC cabang Bekasi Timur Faisal NA Moeliza, hingga saat ini belum ada laporan tentang dampak negatif dari mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah ini. ”Efek aktivasi otak tengah terhadap setiap anak berbeda-beda. Efek yang dirasakan satu anak tidak bisa dijadikan tolok ukur pada anak lain,” ungkapnya kepada Seputar Indonesia(SINDO). Dalam artikelnya yang berjudul ”Now Everyone Can Be a Genius” sebagaimana yang dipublikasi dalam laman situs GMC,David Ting mengungkapkan sejak tahun 2005 GMC sudah menemukan pendekatan ilmiah untuk mengaktifkan otak tengah. Setelah diaktivasi seseorang bisa melihat lewat mata tertutup dengan menggunakan gelombang tertentu di bagian otak yang dikenal dengan mesencephalon.

Lokasinya terletak di antara otak kanan dan kiri. Otak tengah akan berada pada kondisi tidur atau kurang berfungsi akibat stres dan sedih. Setelah diaktivasi, kekuatan otak tengah kembali bangkit dan banyak potensi yang muncul, yang secara sederhana dikatakan sebagai jenius. ”Beberapa manfaat aktivasi otak tengah di antaranya memperbaiki memori sehingga bisa belajar banyak hal dalam waktu lebih sedikit. Lebih konsentrasi, kreatif atau inovatif,memperbaiki bakat, menyeimbangkan hormon atau lebih sehat, serta menyeimbangkan penggunaan otak kanan dan kiri,”ujar David. Namun, argumentasi David mendapat sanggahan sangat keras dari kalangan medis di mana dunia kedokteran tidak mengenal istilah otak tengah.

Karena istilah otak tengah hanya dipakai pada saat pembentukan otak pada janin dalam kandungan. Setelah pembentukan itu selesai, otak tengah (midbrain/mesencephalon) sudah digolongkan sebagai batang otak. Kemudian kajian psikologis juga bertolak belakang dengan pandangan David yang menyebutkan otak tengah (mesencephalon) adalah penyeimbang otak kanan dan kiri. Sebab, dalam pandangan psikologis, fungsi mesencephalon bukan sebagai penyeimbang otak kanan dan otak kiri, melainkan sebagai perantara antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Karena itu, dalam laman jejaring sosial Facebook, tidak sedikit pihak yang menggugat dan mencerca GMC ini.

Mereka berpendapat apa yang dijanjikan GMC dalam promosinya bisa membuat anak jenius dengan cara instan melalui pelatihan yang hanya dua hari adalah penipuan besar. Dalam salah satu akun Facebook yang bernama Menggugat GMC Indonesia tidak hanya diungkapkan tentang pengalaman buruk para orang tua yang kecewa terhadap GMC.Grup akun ini juga sudah beranggotakan 4.300-an orang.Diskusi yang berlangsung di laman akun Facebook ini juga demikian dinamis. Tidak berbeda pula, dalam salah satu posting dalam laman kaskus.us mengenai kisah korban aktivasi otak tengah dan persiapan gugatan hukum dibahas sisi-sisi negatif dari pelatihan tersebut.

Thread ini juga mendapatkan bayak tanggapan dengan diskusi yang sangat dinamis diiringi dengan kesaksian-kesaksian dari orang-orang yang dirugikan. Bagaimanapun, benar atau tidaknya manfaat dari aktivasi otak tengah ini, hanya GMC dan waktu yang bisa menjawabnya. Yang jelas, pelatihan aktivasi otak tengah ini kini menuai kontroversi, bahkan sering dituding sebagai bentuk penipuan bisnis berkedok ilmiah atau sains. (abdul malik/islahuddin)



Di Balik Sebuah Pengalaman PDF Print
Saturday, 25 September 2010
MENDAPATKAN beragam tudingan dan cibiran, posisi Genius Mind Consultancy (GMC)–Indonesia semakin tersudut.


Kendati begitu, mereka tetap mengandalkan fakta dan kesaksian pengalaman orangorang yang telah mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah. Aktivasi otak tengah sangat bermanfaat bagi perkembangan anak. Setidaknya itulah yang disampaikan pemilik lisensi GMC untuk wilayah Bekasi Timur Faisal NA Moeliza.Apa yang disampaikan Faisal didasarkan atas pengalaman pribadinya. Kepada Seputar Indonesia(SINDO) Faisal berkisah,awalnya dirinya juga tidak terlalu percaya dengan efektivitas pelatihan aktivasi otak tengah.Namun, sejak putra pertamanya yang berusia 8 tahun mengikuti pelatihan Juli 2010 lalu,akhirnya dia mulai percaya akan manfaat pelatihan tersebut.

”Awalnya ketika mendengar ada pelatihan aktivasi otak tengah,sebagai orang awam saya tidak tertarik,”ungkapnya. Saat itu yang didengar Faisal akan terjadi perubahan tingkah laku pada anak antara sebelum dan sesudah otak tengahnya diaktivasi. Dengan metode gelombang suara tertentu,otak tengah akan diaktivasi sehingga hasil akhirnya akan diuji coba.Salah satunya melalui menggambar atau mewarnai dengan mata ditutup. ”Yang saya perhatikan adalah perubahan rasa empati anak saya setelah mengikuti pelatihan,”ujarnya. Faisal berkisah, sebelumnya putra sulungnya memiliki perilaku enggan berbagi dengan adik perempuannya yang berusia 3 tahun. Ketika memiliki dua anak, dia membelikan mainan untuk masingmasing.

Biasanya,anak yang kecil juga akan meminta mainan sang kakak. Sebelum mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah, putra sulungnya selalu enggan untuk memberikan mainannya kepada sang adik. Namun,setelah mengikuti pelatihan,kini sang adik tidak lagi perlu meminta mainan sang kakak, justru sang kakak sendiri yang menawarkan mainannya kepada adiknya. ”Kok ada perubahan signifikan. Anak sulung saya langsung menawarkan kepada adiknya,”kata Faisal. Hal itu tentu di luar dugaan Faisal. Sebab jarang sekali anak-anak dengan sukarela mau berbagi mainan meski dengan adik sendiri. Selain contoh peristiwa tersebut,kini putra sulung Faisal juga lebih rajin salat. Jika dulu biasanya untuk salat selalu diingatkan, kini tanpa diingatkan putranya sudah melaksanakannya sendiri secara sukarela.

Menurut Faisal,usia emas anak adalah antara 0–6 tahun.Masa usia tersebut menjadi fondasi karakter saat dewasa kelak.Itulah sebabnya GMC memberikan syarat anak yang mengikuti pelatihan harus berusia 5–15 tahun. Dengan asumsi pada masa itulah masih mudah dilakukan pembentukan karakter dan tingkah laku secara efektif atau sering diistilahkan masa golden brain. ”Jadi saya tertarik bergabung di GMC bukan karena semata-mata omongan orang saja,melainkan karena pengalaman saya sendiri melihat perkembangan anak saya,”ungkapnya. Selain itu,Faisal mengungkapkan kini anaknya lebih mudah mengikuti pelajaran matematika.

Kisah Faisal itu masih ditambah pengalaman temannya yang seorang dokter.Sang dokter juga berkisah serupa. Setelah mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah,perilaku anak dokter itu berubah. Si anak semakin sayang kepada adiknya. Bahkan saking sayangnya yang berlebihan, sang adik kadang merasa risi. ”Hal-hal itu merupakan di luar dugaan kita terkait aktivasi otak tengah,”ujar Faisal. Kini Faisal yang merupakan pengurus Yayasan Al Hanief, sebuah yayasan yang mendirikan lembaga pendidikan tingkat kelompok bermain,TK, dan SD,mulai membuka waralaba GMC untuk wilayah Bekasi Timur. Meskipun dia mengaku hingga saat ini lisensi yang dia beli senilai ratusan juta rupiah tersebut belum balik modal,mulai banyak siswa yang mengikuti pelatihan.

Dulu awalnya Faisal hanya mengadakan pelatihan untuk 2 orang anak per pelatihan,kini rata-rata dia bisa melatih 10 anak untuk satu kali pelatihan. Faisal mengaku, keputusannya untuk bergabung membeli waralaba GMC tidak tiba-tiba,tapi melalui proses pengumpulan data dan penelusuran yang dia lakukan sendiri.Misalnya,apa saja yang dilakukan di kelas yang diajarkan kepada anak-anak.Faisal yang masuk dan mengamati proses pelatihan dalam kelas memaparkan ada beberapa hal prosesi training. Mulai anak-anak diberi permainan-permainan yang membuatnya gembira hingga diperdengarkan suara-suara aneh yang merupakan gelombang suara untuk mengaktivasi otak tengah.

Namun Faisal mengaku tidak bisa menjelaskan seperti apa gelombang suara aneh tersebut. ”Bahkan dengan gelombang suara aneh yang diperdengarkan keras sekali itu,beberapa anak yang sensitif bisa tertidur,”paparnya. Sebagian orang menuding bahwa di dalam kelas,anak-anak sedang dihipnotis sehingga bisa melakukan hal-hal di luar nalar seperti membaca dengan mata tertutup dan lainnya.Menurut Faisal, hal itu tidak benar. Dia menjelaskan, analogi yang mudah dan sederhana untuk menjelaskan mengapa anak-anak bisa membaca dan mengenali gambar dengan mata tertutup adalah sebagaimana bayi.

Pada saat awal, indera awal-awal yang digunakan bayi untuk berinteraksi dengan lingkungannya adalah melalui indera peraba dan pendengaran. Penggunaan gelombang suara aneh itulah cara mengembalikan anak-anak ke fitrahnya.Dengan membangkitkan aktivasi otak tengah, indera pendengaran dan peraba anak-anak kembali memiliki kemampuan. (abdul malik/islahuddin)


Tidak Bertujuan Membutakan Anak PDF Print
Saturday, 25 September 2010
FENOMENA anak-anak yang dapat membaca dan menggambar dengan mata tertutup kini marak dibicarakan orang.Syahdan,orang pun langsung mengidentikkan fenomena ini dengan pengaktivasian otak tengah,yang juga kini sedang menjadi pembicaraan.


Kemampuan beraktivitas dengan mata tertutup tak pelak menjadi ”iklan” jitu untuk menarik orang mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah. Hal ini pula yang ditonjolkan sejumlah lembaga penyelenggara aktivasi otak tengah. Bahkan dalam sebuah iklan di dunia maya kata ”Cara Anak Melihat Tanpa Mata Dalam 2 Hari” ditulis dengan huruf yang lebih besar dan warna yang menyolok. Kemampuan melihat dengan mata tertutup telah menjadi materi iklan utama aktivasi otak tengah. Selain menjadi awal untuk menarik keingintahuan orang tentang otak tengah, kemampuan ini juga sering menjadi bahan testimoni keberhasilan pelatihan. Sejumlah situs tentang pelatihan otak tengah selalu memuat testimoni keberhasilan ini,khususnya dari para orang tua.

Seorang ibu dengan bangga menuliskan bahwa anaknya sekarang mengalami perubahan drastis. Maklum,selama ini anaknya selalu dianggap sebelah mata oleh orang. Jika si anak mendapat ejekan dari orang lain, si ibu langsung menyuruh anaknya menutup mata dan melakukan aktivitas (blind fold), sehingga membuat orang yang mengejeknya menjadi bingung. ”Beruntung anak saya masih sangat polos dan dia tidak sakit hati.Karena itu jangan hanya melihat dari blind fold-nya saja,namun lihat perubahan daya pikir dan perilaku anak. Anak saya sangat berubah.Perubahannya sangat positif,” ujarnya. Pengakuan semacam itu menjadi salah satu faktor yang menguatkan nilai positif pengaktivasian otak tengah.

Karena itu, menjadi wajar jika berbicara blind fold selalu identik dengan aktivasi otak tengah. Menurut penulis buku Dahsyatnya Otak Tengah Hartono Sangkanparan, otak tengah dapat memandu seorang anak mengetahui warna. Anak ini bukan saja mengetahui warna dasar, tetapi dia dapat melihat seluruh spektrum warna dari pinsil warna yang dipakainya. Anak yang sudah mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah dapat mengkombinasikan warna pada gambar ikan yang diwarnainya. Kemampuan seni dari seorang anak juga dapat ditingkatkan dengan aktifnya otak tengah.

Kendati begitu, Hartono menjelaskan, beraktivitas dengan mata tertutup bukanlah tujuan dari aktivasi otak tengah. Beraktivitas dengan mata tertutup adalah cara, bukan tujuan. Kegiatan dengan mata tertutup adalah suatu metoda untuk melatih otak tengah pada tahap awal.Pada tahap lanjut penutup mata sudah tidak diperlukan lagi. Karena itu, masyarakat perlu disadarkan akan hal ini. Aktivitas dengan mata tertutup adalah suatu metoda untuk melatih otak tengah. Aktivitasdenganmatatertutupjuga hanya merupakan salah satu tanda bahwa otak tengah sudah aktif. Hartono mengakui banyaknya iklan yang menjadi aktivitas tanpa melihat bisa menjadi titik kontroversi dari aktivasi otak tengah.Dia juga mengakui hal ini bisa menimbulkan imej seakan otak tengah identik dengan magic.

”Memang melihat dengan mata tertutup sekarang menjadi bumerang dan menjadi titik kontroversial. Itulah sebabnya media perlu membantu kami dalam mengedukasi masyarakatdalamhalini,” tandasHartono. Sudah waktunya masyarakat mendapatkan keterangan yang benar, bukan saja hiruk pikuk kontroversi yang ingin menonjolkan pendapat pribadi. Dalam waktu ke depan kelihatannya masyarakat akan mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang manfaat aktivasi otak tengah. Hartono yakin,kontroversi tentang pola pelatihan untuk aktivasi otak tengah akan berakhir jika masyarakat mengetahui dengan utuh tentang pelatihan dan pendidikan ini. Hartono sendiri baru berkenalan dengan pendidikan model baru aktivasi otak tengah pada September 2009.

Alumni Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung ini mengaku awalnya bingung dengan kemampuan anak memakai metode blind fold. ”Saya tidak percaya, tetapi saya tidak berhenti dengan ketidakpercayaan itu.Saya kejar sampai ke Mr David Ting dan meminta penjelasan secara pribadi,” cerita Hartono. Dengan berbekal setengah percaya itu dia mendaftarkan anaknya untuk mengikuti aktivasi. Pada aktivasi pertama tidak menunjukan perbedaan apa-apa.Namun pada aktivasi kedua, anaknya dapat melihat dengan mata tertutup. ”Saya memerlukan waktu satu bulan untuk mempercayai hal ini dan saya tidak berani berbicara kepada siapapun,” tukas Hartono.

Dia mengaku, kemampuan anaknya yang muncul itu telah memutar-balikan analisa logika yang ada pada dirinya.Kemudian dia baru sadar bahwa ternyata dirinya sudah mempunyai ”mental block” yang menyatakan bahwa tidak mungkin dapat melihat dengan mata tertutup.Kemampuan yang dimiliki anaknya telah membuka ”mental block”tersebut. Dengan pengalaman yang pernah dirasakannya, Hartono maklum jika sejumlah masyarakat dan para pakar kebingungan dan tidak percaya dengan hal ini. Padahal, fenomena ini adalah era baru di mana otak manusia berpotensi melebihi batasan yang selama ini dipikir banyak orang.

”Dari segi ilmu banyak sekali yang dapat digali. Dari segi generasi baru, saya melihat kemungkinan program ini bisa untuk mulai membentuk generasi yang lebih baik,”tambah Hartono. (abdul malik/islahuddin)


Penelitian Ilmiah Jadi Jalan Tengah PDF Print
Saturday, 25 September 2010
SELAMAini wacana tentang komposisi otak sangat identik dengan otak kanan dan otak kiri. Keduanya mewakili kemampuan dan kelebihan masingmasing. Kini sejak satu tahun terakhir,muncul ”popularitas”otak tengah.Bahkan kemampuan otak tengah sering disebutkan berhubungan dengan kejeniusan.


Menurut penulis buku Dahsyatnya Otak Tengah Hartono Sangkanparan, otak tengah adalah bagian integral dari otak.Tidak dapat dipisahkan dengan otak kanan, kiri, depan, belakang.

Mereka semua terkait dalam satu kesatuan.Namun, banyak orang yang salah mengerti dan menjelaskan seolah-olah otak tengah adalah otak superior yang mengalahkan otak lain. Bahkan mungkin ada yang menyangka tidak perlu otak lain selain otak tengah. Hal ini menurutnya adalah pemahaman yang salah. Otak tengah adalah bagian dari otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari bagian otak yang lain. Dengan otak tengah yang aktif, fungsi otak yang lain akan menjadi semakin baik.Secara umum kecerdasan yang muncul adalah kecerdasan dasar yang sudah ada di otak anak, tetapi belum terlihat manifestasinya.

Beberapa di antaranya adalah meningkatnya konsentrasi, daya ingat, daya tangkap, kreativitas, daya analisis. Otak tengah menurutnya berfungsi sebagai manajer. Dia menghubungkan otak kanan dan otak kiri. Dengan adanya fungsi otak tengah itu,otak kanan dan otak kiri bisa bersinergi. Oleh karena itu, hasil yang dicapai pun akan lebih maksimal karena kerja kedua otak tersebut bisa maksimal dan bisa bekerja bersama karena ada koordinasi dari otak tengah. Kinerja dan hasil kerja otak tengah bisa dianalogikan dengan produk-produk teknologi produksi Jepang. Produk teknologi dari Negeri Matahari Terbit tersebut selain menghasilkan teknologi kelas tinggi, juga bentuk produknya artistik dan dapat diterima masyarakat luas.

Produk dengan spesifikasi tersebut menurut Hartono karena ada manajer yang menyinergiskan teknologi dan seni. Keduanya sebenarnya dua hal yang berlainan,tapi bisa disinergiskan untuk menghasilkan produk yang bisa memenuhi kedua unsur asalkan ada manajer yang bisa menyinergiskannya. Menurutnya, teknologi bisa dianalogikan dengan otak kiri karena otak jenis sebelah kirilah yang menjadi sumber dari kemampuan daya nalarsecarailmiah.Sementara otak kanan bisa dianalogikan dengan seni dan memang dari otak kananlah kemampuan seni muncul. Adapun otak tengah bisa dianalogikan dengan manajer yang menyinergiskan keduanya sehingga bisa menghasilkan hasil yang maksimal dari kemampuan dua otak lainnya.

Hasil dari kemampuan otak tengah inilah yang sering disebutkan dengan jenius. Jenius yang dimaksudkan adalah keseimbangan dalam memakai seluruh bagian otak secara bersamaan.Tidak ada lagi pemisahan-pemisahan karena otak sebenarnya memang bekerja secara terintegrasi dengan tingkat kompleksitas yang tinggi. Dengan kemampuan ini, diharapkan dapat dihasilkan generasi baru yang akan menjadi orangorang yang berpikiran terbuka,positif, kreatif, dan baik hati.

Karena otak tengah mempunyai fungsi koordinasi, dengan aktifnya otak tengah, kecerdasan secara umum akan meningkat. Hartono menambahkan, sebenarnya pada masa kelahiran, semua otak tengah manusia dalam keadaan aktif.Namun,sayang,otak tengah sangat sensitif terhadap stres dan kesedihan dan menjadi tidak aktif. Otak tengah akan berkembang dengan baik dalam lingkungan senang. Otak tengah juga diduga adalah otak yang mencari penghargaan (reward seeking). Kemampuan otak ini berkurang seiring dengan meningkatnya tingkat stres, pola pendidikan dan kebudayaan. ”Setiap orang beda ratepenurunannya.

Ada juga beberapa orang yang otak tengahnya tidak tertutup. Secara umum anak di atas 5 tahun otak tengahnya sudah mulai tertutup,“ kata Hartono. Untuk mengaktifkan kembali otak tengah menurutnya perlu melibatkan gerakan tubuh (brain gym) dan rangsangan melalui audiovisual. Otak tengah adalah relay station dari penglihatan dan pendengaran. Itulah sebabnya rangsangan utama dilakukan pada penglihatan dan pendengaran karena mereka berhubungan langsung dengan otak tengah. Dalam aktivasi otak tengah,pelatihan harus dilakukan pelatih/ trainer yang dilengkapi dengan komputer dan peralatan khusus. Tidak bisa dilakukan tanpa itu.Dia menambahkan, sebenarnya ada beberapa metode aktivasi otak tengah di dunia ini.

Yang sekarang banyak dilakukan di Indonesia adalah metode baru dengan mempergunakan teknologi komputer. Pelatihan aktivasi otak tengah yang dilakukan sekarang tidak menggunakan teknik dari psikolog atau ahli kedokteran saraf. Namun hal ini menurutnya jangan disalahartikan. Dia mengakui jika berhubungan dengan anak, tentu saja perlu mempertimbangkan aspek psikologi anak secara umum. ”Secara umum anak umur 5 hingga 15 tahun berpotensi mengaktifkan otak tengah mereka, dengan syarat mereka adalah anak normal,“ tambah Hartono. Model pelatihan otak tengah dipelopori David Ting yang berkebangsaan Malaysia.

Hartono kenal Ting secara pribadi.Tim riset pelatihan ini berasal dari beberapa pihak seperti Malaysia, Taiwan, serta input dari Indonesia dan Australia. Indonesia sebenarnya adalah salah satu negara pionir dalam hal ini. ”Mungkin selama ini kita kebiasaan menganggap sesuatu yang impor itu hebat dan biasanya penelitian dari luar sudah jelas. Teknologi ini sekarang masih terus dikembangkan.Seperti juga layaknya suatu cabang ilmu baru,masih banyak pihak yang bingung dan heran.Wajarlah terjadi kebingungan di titik awal perkembangannya, ”papar Hartono.

Secara umum negara yang sudah mulai berkenalan dengan aktivasi otak tengah adalah Jepang, Malaysia, Indonesia,Tibet, Rusia, Singapura, Sri Lanka, Australia, Thailand, China,Hong Kong.Tingkat apresiasi setiap negara berbeda. Jepang,Tibet, Rusia memakai cara mereka sendiri.Jepang sudah menelitinya sejak 40 tahun lalu, tetapi tidak disebarkan. Tibet sudah mempelajarinya sejak lama sekali. Rusia mengambil metode yang diajarkan di Tibet. Negara selain Jepang,Tibet, Rusia menggunakan teknologi modern dengan komputer. Hartono mengakui masih banyak keraguan yang berkembang di masyarakat tentang fungsi otak tengah, apalagi jika dihubungkan dengan aktivasi dan dampaknya. Dia juga mendengar sejumlah sanggahan dari pakar psikologi dan mungkin juga kedokteran.

Namun, dia tidak berwenang berbicara tentang keraguan yang dilontarkan sejumlah pakar tersebut. Hanya, dia bersedia mendukung penelitian yang berhubungan dengan aktivasi otak tengah ini. ”Jadi alih-alih ribut dengan segala keraguan,marilah kita buat penelitiannya. Setahu saya penelitian seharusnya netral dan tidak memihak. Jika dilihat lebih teliti, sebenarnya Indonesia memiliki potensi penelitian yang paling baik. Sekarang ini Indonesia memiliki jumlah anak yang teraktivasi otak tengahnya terbanyak di dunia.

Saya sudah mendapat tawaran kerja sama penelitian dari Amerika dan Australia.Saya masih ingin menundanya sampai ada putra bangsa Indonesia yang memulai penelitiannya,” pungkas Hartono. (abdul malik/islahuddin)




15 Agustus 2010

MyBd2M-2: Qum! Fahd Djibran (Rumi vs Rasul)

Terus terang, setelah tersentuh oleh segenap diri dan karya Jalaluddin Rumi, sebagaimana ku-posting pada MyBd2M-1 (Mengikat yang Bermakna di Dunia Maya edisi 1), aku jadi berpikir: sebegitu dahsyatnya Rumi menyentuh dan merengkuh rasa cinta kita kepadanya sehingga apakah tidak akan merintangi dan mengurangi kecintaan kita kepada Rasulullah Muhammad SAW?

Hemm, bisa jadi begitu. Tergantung pada kita sendiri dalam memberikan kelekatan rupa-rupa cinta itu pada porsi yang tepat. Namun, tak urung, aku jadi takut tersesat. Beruntung, aku menemukan seruan Qum! dari Fahd Djibran yang menyadarkanku betapa kelekatan kita kepada Rasul SAW itu tak tergantikan, tapi mesti diwujudkan dalam kadar yang bijak.

Aku salin-lengkap-kan saja di sini tulisan Djibran itu. Ini dia.


oleh Fahd Djibran pada 28 Mei 2009 jam 0:53

Judul Buku | Qum!
Penulis | Fahd Djibran
Penerbit | Penerbit MMP (Kelompok Juxtapose Korporasidea)
Tebal | ix + 162 hal (Paperback)
Dimensi | 16 cm x 16 cm
Terbit | Juni 2009
Jaringan Distribusi | TB Gramedia, Toga Mas, Gunung Agung, dan jaringan toko buku lain di seluruh Indonesia

Buku ini direncanakan mulai beredar pada awal Juni mendatang. Buku ini merupakan hasil perenungan saya di salah satu “kamar hati” yang saya miliki. Bertahun-tahun saya di sana, tapi cenderung hanya melahirkan kesendirian-kesendirian yang panjang. Sesekali berbuah puisi, tapi lebih sering saya hanya diam dan melamun—merenung. Kali ini, saya melahirkan sesuatu dari “kamar” itu; sebuah buku sederhana, yang seperti biasa saya tak tahu jenisnya apa, berjudul sederhana: Qum!

Buku ini, entah mengapa, menjadi sangat istimewa buat saya. Satu-satunya buku yang saya tuliskan dengan niat “ingin membuat buku”. Qum! pada mulanya hanyalah sebuah esai sepanjang tiga halaman yang saya posting beberapa bulan yang lalu di blog ini (bagi kamu yang belum membacanya, saya posting ulang esai itu pada bagian akhir catatan ini). Esai itu merupakan tanggapan pribadi saya atas beredarnya komik-komik dan gambar-gambar yang menghina Muhammad Rasulullah. Di saat orang-orang memilih untuk geram dan marah, kembali mengutuk dan menghina, meledakkan api, melempar batu dan membakar bendera; saya memilih jalan yang lain: saya ingin memperkenalkan Muhammad pada sebanyak mungkin orang, saya ingin membuat mereka dekat dan akrab, saya ingin mengajak mereka memasuki sebuah momen yang saya sebut sebagai “pengalaman Muhammad” (Muhammad experience). Dan buku ini, adalah ikhtiar kecil dari niat itu—upaya untuk mendatangi sebanyak mungkin orang, dari pintu ke pintu, dan bercerita sederhana tentang seseorang bernama Muhammad.

Di bagian belakang buku ini saya mengutip kata-kata Mohammad Iqbal, filsuf muslim terkenal itu, “Tuhan bisa tak aku percayai, tapi Muhammad tak!” Sepertimu, pertama kali mendengarnya, saya tersintak dan bertanya apakah Iqbal sedang menduakan Tuhan dan meletakkan Muhammad setingkat lebih tinggi? Pada mulanya saya ragu terhadap Iqbal, hingga saya baca buku-buku. Kitab-kitab. Riwayat dan hikayat. Saya datangi sejumlah guru untuk bertanya. Bertahun-tahun. Hingga sampailah saya pada sebuah peristiwa yang tak mungkin saya lupakan seumur hidup saya, peristiwa yang membawa saya pada momen kebangunan cinta dan rindu yang panjang dan sunyi pada Muhammad. Mungkin semacam pengalaman Muhammad, atau Muhammad experience tadi. Lalu bermuaralah saya pada kesimpulan sederhana yang sama sekali tak berbeda dengan Iqbal: Tuhan bisa tak aku percayai, tapi Muhammad tak!

Tentu kau bertanya, apakah saya sedang menduakan Tuhan dan meletakkan Muhammad setingkat lebih tinggi dari-Nya? Tentu saja tidak. Tapi sungguh, Tuhan bisa tak aku percayai tapi Muhammad tak! Sebab Muhammad terlalu sederhana, dekat, dan nyata untuk bisa ditolak. Keagungannya terletak sungguh-sungguh sebab ia menjadi sahabat terdekat siapa saja. Sebab Muhammad manusia biasa yang bisa sakit dan terluka, namun pada dirinyalah Tuhan menitipkan cinta dan kasih sayang semesta. Pada dirinyalah nilai-nilai Tuhan yang kompleks dan takterpermaknai menjadi sangat nyata, dekat, dan tak sanggup lagi kita tolak. Sebab Muhammad adalah kekasih abadi Tuhan—dan sekaligus kita. “Laulaka, laulaka,” Tuhan berkata dalam sebuah hadits-qudsi, “Kalau bukan karena engkau, kalau bukan karena engkau, Muhammad kekasihKu, sunggu tak akan Kuciptakan semesta.” Apapun tafsirmu tentang Tuhan, agama, dan apa saja yang melingkupinya, kau tak bisa menolak sosok Muhammad—sebagai manusia suci dengan cintanya yang abadi—yang mengajarkan kita alfa-beta kehidupan, alif-ba-ta cinta.

Kenapa saya menulis buku ini? Sungguh saya hanya ingin mengungkapkan kata sederhana: Qum! Bangunlah! Kita terlalu lama tertidur dalam lelap yang panjang, sehingga lupa mengakrabi cinta. Kita terlalu lama hidup dalam gelap sehingga lupa bagaimana caranya melayani cahaya. Qum! Bagunlah!

Akhirnya, buku ini hanyalah kerinduan-kerinduan panjang yang lahir dari keintiman-keintiman personal saya dengan sosok Muhammad. Pilihan saya akhirnya menulis dengan gaya bertutur surat, mungkin semacam monolog interior atau mungkin juga semacam ode. Terserah kau bagaimana menyebutnya. Seperti biasa: tak ada alur, tak ada cerita berkesinambungan, tak ada tokoh, tak ada setting. Tentukanlah sendiri. Yang ada hanyalah Muhammad, kau, hatimu dan pikiranmu. Bacalah, selamat “mengalami Muhammad”, selamat memasuki pengalaman Muhammad!

Salam hangat,
Fahd Djibran

Qum!
Esai, Fahd Djibran

Qum, qum yâ habîbi! Kam tanam?
(Bangun, bangunlah kekasihku! Berapa lama engkau tidur?)

Mungkin iman memang sesuatu yang absurd untuk dipetakan. Perjalanan keimanan bukanlah perjalanan yang linier, ia begitu fluktuatif. Kadang-kadang menurun seperti palung yang dalam, kadang-kadang melesat seperti sebuah lompatan kuantum. Hari ini bisa jadi kau membenci sesuatu, tetapi mungkin lain di hari yang lain.

Hinaan terhadap Nabi Muhammad kembali muncul. Seseorang boleh jadi sangat membenci Muhammad Rasulullah, seperti yang kita lihat belakangan di halaman-halaman web, tentang komik-komik yang menggambarkan Muhammad sebagai seorang amoral yang berusaha bersembunyi di balik firman Tuhan. Tetapi, kebencian bukanlah akhir dari segalanya, seseorang yang belum kita kenal itu bisa jadi hanya belum tahu apa-apa tentang Muhammad, lalu kebencian mengusai hatinya.

Kebencian bukanlah akhir dari segalanya, setidaknya itulah yang saya yakini ketika mengingat kembali kisah Umar Bin Khattab, juga Saint Paul dari Tarsus. Keduanya adalah contoh yang sempurna untuk menunjukkan bahwa kebencian hanyalah bagian dari absurditas iman yang kadang-kadang justru mengantarkan seseorang pada iman yang paling tinggi.

Umar bin Khattab semula adalah penentang Islam dan pembenci Muhammad yang paling keras. Bahkan ia berusaha membunuh Muhammad dan menghalang-halangi setiap orang yang menambatkan imannya pada keponakan Abu Thalib itu. Tetapi iman memang absurd, justru ketika ia mengenal Muhammad dari dekat, ia mengalami lompatan iman (leap of faith, meminjam istilah Kierkegaard) yang luar biasa. Pada gilirannya, dialah pembela Islam dan pelindung Muhammad yang paling keras. Umar Sang Pemberani, Singa Padang Pasir, begitulah Muhammad Rasulullah menjulukinya untuk keberanian dan pengorbanannya membela Islam dan melindungi Sang Rasul dari segala marabahaya.

Contoh lain juga mengabarkan hal serupa. Saul dari Tarsus, Silisia, seorang keturunan Yahudi pembenci Yesus dan penentang ajaran Kristiani. Pada gilirannya ia menjadi seorang apostle, seorang saint, yang sangat berpengaruh dalam sejarah persebaran iman Kristiani dan pembela Yesus nomor satu. Lalu ia dikenal kemudian sebagai Saint Paul atau Paulus, sosok penting dalam penyebaran iman Kristiani. Dalam kasus ini, lompatan iman kembali terjadi dengan absurditas yang sulit dimengerti.

Untuk menyebut nama lain, kita mengenal Mariam Jamila, Dr. Jenkins, dan lainnya yang mengalami hal serupa. Bahwa kebencian bukanlah akhir dari segalanya, kebencian mungkin hanyalah bentuk dari ketidaktahuan, atau ketidakingintahuan.

Lagi-lagi, penghinaan terhadap Muhammad Rasulullah muncul. Di tengah hiruk-pikuk orang-orang yang berteriak geram, saya hanya diam, sambil membayangkan Rasulullah yang agung itu sedang bertanya sendu: benarkan kalian mencintaiku? Ketika sampai pada pertanyaan itu, saya menimbang: haruskan saya marah dan turun ke jalan, membakar ban dan melempari apa saja—menuduh siapa saja? Ataukah saya harus memberitahu mereka, mengabarkan sosok Muhammad, yang di mata Goethe, adalah cahaya di atas cahaya. “Seorang manusia yang kompleks dan penuh kasih,” kata Karen Armstrong.

Bila Muhammad masih di sekitar kita, melihat penghinaan itu, ia mungkin akan mengatakan hal yang sama seperti saat ia dilempari batu dan dihinakan orang-orang di Thaif, dan Jibril yang sedih melihat itu menawarkan sesuatu pada Sang Nabi, “Bila Kau mau, Kekasih Allah, aku bisa membalikkan bumi dan menimpakan gunung kepada mereka.” Lalu Muhammad menjawab, “Tidak! Sesungguhnya mereka hanya belum tahu.”

Mereka hanya belum tahu, maka kebencian merambati hatinya dan meledakkan komik-komik itu di mana-mana. Andai saja mereka tahu, batin saya berbisik.

Maka, saya memutuskan untuk tidak meledakkan kemarahan di jalan-jalan, yang saya ingin lakukan hanyalah satu: saya ingin mengabarkan tentang siapa Muhammad Rasulullah pada sebanyak mungkin orang, pada siapa saja. Sebab, kejadian ini seperti menyentakkan kesadaran saya, seperti Rasulullah yang bertanya sendu: benarkah kalian mencintaiku?

No Religion is an Island. Tak ada agama yang menjadi pulau bagi dirinya sendiri, kata Abraham Heschel, seorang Rabi Yahudi. Mustahil bila agama-agama di dunia ini mengisolasi diri dari yang lain dalam menghadapi masalah-masalah kemanusiaan. Selama ini cara beragama kita seperti saling mengasingkan bahkan penuh persaingan. Kita masih terjebak pada logika kami dan mereka, aku dan kamu, seraya menjerembabkan mereka ke dalam penghinaan. Padahal sebuah agama tidak bisa hanya menjadi pulau yang bersendiri, tak bisa hanya mengandalkan kami, sebab mereka bisa jadi merupakan orang-orang yang menyempurnakan iman kita.

Jadi, lihatlah sisi lainnya. Mungkin komik-komik itu justru mengingatkan kita, benarkah kita sudah cukup mencintai Muhammad Rasulullah? Juga bisa jadi, komik-komik itulah yang menyadarkan kita bahwa selama ini betapa abai kita pada sosok Muhammad. "Saatnya menyebarkan cinta," itulah yang akan dikatakan Jalaluddin Rumi bila mengetahui semua ini. Bila mereka begitu rajin menghina dan mengolok-olok Muhammad Rasulullah, seberapa rajinkah kita memuji dan mengagungkannya?

Iman adalah sesuatu yang absurd dan tak bisa disimpulkan begitu saja. Bila kita mengabarkan cinta pada semua manusia, bila kita mengabarkan keagungan Muhammad pada semua manusia, orang-orang yang selama ini membencinya bisa jadi akan berbalik memendam cinta yang paling dalam. Bisa jadi, seperti Saul pada Yesus. Seperti Umar pada Muhammad.

“Qum, qum yâ habîbi kam tanam; An-naumu ‘alal ‘âsyiq haram. Bangun, bangunlah kekasihku, berapa lama engkau tidur, tidur diharamkan untuk para pencinta!” Kata Aflaki dalam Manaqib al-‘Arifin.



Tentu saja, kini, buku Djibran itu telah terbit. Bahkan dia sudah banyak menghasilkan buku-buku lain. Simak saja di blognya ini dan betapa Djibran memang layak diapresiasi.

Mengikat yang Bermakna di Dunia Maya (MyBd2M)-1: Tersentuh Rumi

Ya, daripada dibiarkan menganggur, lebih baik blog ini kujadikan saja sebagai pengikat makna, hikmah, dan segenap apa pun yang bernilai di jagat maya ini. Kumulai saja dari postingan ini.

Tersentuh Rumi

Adalah sebuah postingan Mas Herry Mardian soal "puasa versi Jalaluddin Rumi" yang bikin aku tergerak untuk sedikit mencari tahu perihal maulana kita yang satu ini. Pertama aku jadi teringat puisi The Guest Rumi yang sempat kubaca di blognya Rina-heart-and-mind. Lalu kucari lagi perihal Rumi dan karya-karya tulisnya. Hemm, amat banyak hal yang pantas disimak dari diri dan kata-kata sang sufi itu. Aku baru sempat membaca selintas-lintas beberapa saja. Misalnya perihal Rumi dan puisi-puisi tasawufnya tulisan sastrawan Abdul Hadi WM yang kubaca di blognya Pak Ahmad Samantho. Di situ bisa dibaca banyak postingan menyangkut Rumi, seorang sufi yang piawai bermetafor untuk menebarkan pengetahuan dan hikmah kehidupan buat kita sebagaimana dikatakan Jalaluddin Rahmat. Masih banyak hal berlimpah yang dapat dicari dengan mudah di semesta maya ini mengenai Rumi. Ada baiknya aku salinkan saja beberapa yang telah kubaca itu.

The Guest House

Diri ini, yang sedang menjadi manusia
adalah sebuah wisma tamu.
Setiap pagi, datang tamu yang baru.

Kegembiraan, kesedihan, atau sifat buruk
sedikit pengetahuan diri hadir sebentar
sebagai tamu yang singgah tanpa perjanjian.

Sambutlah, dan jamulah mereka semuanya!
Biarpun tamumu hanya sekerumunan nestapa
yang melanda rumahmu dengan kasar
dan mengangkut seluruh isinya,
tetaplah hadapi setiap tamu dengan mulia.
Bisa jadi ia sedang mengosongkanmu
demi kedatangan banyak kebahagiaan baru.

Niat buruk, rendah diri, dengki,
sambutlah mereka di pintu dengan tertawa,
dan ajak mereka masuk.

Berterimakasihlah
atas apa pun yang didatangkan padamu,
karena setiap tamu adalah utusan
dari sisi-Nya, sebagai penunjuk jalanmu.




KEMBALI PADA TUHAN

Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.Begitulah caranya!
Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepadaNya!Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;
kerana Tuhan, dengan rahmatNya
akan tetap menerima mata wang palsumu!Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja.Begitulah caranya!Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayuhlah datang, dan datanglah lagi!Kerana Tuhan telah berfirman:
“Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepadaKu, kerana Akulah jalan itu.”




Jauh Lebih Baik dari Sup Kaldu Sayuran (Rumi tentang Puasa)

lute

Ada kebahagiaan rahasia bersama perut yang kosong.
Kita cuma alat musik petik, tak lebih, tak kurang.
Kotak suara penuh, musik pun hilang.

Bakar habis segala yang mengisi kepala dan perut
dengan menahan lapar, maka setiap saat
irama baru akan keluar dari api kelaparan yang nyala berkobar.
Ketika hijab habis terbakar, keperkasaan baru akan membuatmu melejit
berlari mendaki setiap anak tangga di depanmu yang digelar.

Jadilah kosong,
lalu merataplah
seperti indahnya ratapan bambu seruling yang ditiup pembuatnya.

Lebih kosong,
jadilah bambu yang menjadi pena (*1),
tulislah banyak rahasia-Nya.

Ketika makan dan minum memenuhimu, iblis duduk
di singgasana tempat jiwamu semestinya duduk:
sebuah berhala buruk dari logam duduk di Ka’bah.

Ketika kau berpuasa menahan lapar, sifat-sifat baik
mengerumunimu bagai para sahabat yang ingin membantu.

Puasa adalah cincin Sulaiman (*2). Jangan melepasnya
demi segelintir kepalsuan, hingga kau hilang kekuasaan.

Namun andai pun kau telah melakukannya, sehingga
seluruh kemampuan dan kekuatan hilang darimu,
berpuasalah: mereka akan datang lagi kepadamu,
bagai pasukan yang muncul begitu saja dari tanah,
dengan bendera dan panji-panji yang berkibaran megah.

Sebuah meja akan diturunkan dari langit ke dalam tenda puasamu,
meja makan Isa (*3). Berharaplah memperolehnya,
karena meja ini dipenuhi hidangan lain,
yang jauh, jauh lebih baik dari sekedar sup kaldu sayuran.

(Jalaluddin Rumi, terjemahan Bahasa Indonesia oleh Herry Mardian)

: : : : : : : : :

Keterangan:

(1) Kitab-kitab suci ditulis dengan pena bambu dan pena alang-alang yang dicelup ke dalam tinta.

(2) “Cincin Sulaiman” konon adalah sumber kekuasaan. Legenda mengatakan, ‘barangsiapa yang mengenakan cincin Nabi Sulaiman, ia akan memperoleh kekuasaan’. Sebenarnya “cincin Sulaiman” adalah cincin tembaga atau besi murahan yang diukir dengan kata-kata “Ini pun akan berlalu”. Jika beliau merasa senang, ia menyadari bahwa kesenangannya adalah sementara sehingga ia menjadi sabar. Demikian pula, jika beliau merasa sedih, dengan melihat ke cincinnya ia menyadari bahwa kesedihannya bersifat sementara sehingga ia juga menjadi sabar dan ridha. “Cincin Sulaiman”, yang barangsiapa memilikinya konon akan memperoleh kekuasaan besar, adalah kesabaran.

(3) “Meja Isa” adalah meja tempat Nabi Isa makan bersama para murid-muridnya dan menjamu mereka, setelah beliau dibangkitkan dari kematian.


Demikianlah. (Maaf Mas Herry, karyamu aku colong dengan biadab dan tanpa izin, lalu aku salin lengkap di sini).





15 Januari 2010

Tentang Hidup Terhormat dalam Keterbatasan


SUDAH entah brapa lama blog ini nganggur. Makanya, daripada dibiarkan sayang, mending aku manfaatkan saja untuk "mengikat" berbagai hal yang mudah-mudahan bermanfaat.

Postingan ini ditulis pada dini hari, Sabtu, 16 Januari 2010. Sebelumnya, Jumat sore, baru terjadi gerhana matahari. Pansus Bailout Bank Century masih akan berlangsung lama setelah sempat memanggil mantan Wapres Jusuf Kalla. Anggodo Widjaja dah ditahan. Polri masih terus asyik sendiri dengan polarisasi yang terkuak setelah mencuatnya kasus kesaksian Susno Duadji di sidang Antasari Azhar. Artalyta "Ayin" Suryani dipindah ke LP Tangerang dari "apartemen mewahnya" di Rutan Pondok Bambu Jakarta hingga bikin dia nangis-nangis. Aku sendiri terus saja begini-begini tiap hari.

Tapi, gak papalah. Paling tidak, aku ikut seneng, temen Blogor (blogger Bogor) MT (Mataharitimoer) nerbitin buku keduanya. Ini dia infonya:

Buku GURU KEHIDUPAN berisi kisah orang-orang yang bisa keluar dari kepungan kesulitan hidup, dengan cara yang wajar dan terhormat. Siapakah mereka? Ah… kebanyakan dari mereka ternyata adalah orang-orang yang sehari-harinya dililit kesulitan. Ada tukang bajigur, pengamen, office boy, dan lainnya. Koq bisa, mereka bertahan dan hidup terhormat di tengah keterbatasan tersebut, padahal godaan untuk menempuh jalan pintas seringkali menghampiri.

Rahasia keberhasilan mereka menjadi sosok yang tegar dalam menghadapi kesulitan hidup inilah yang dikisahkan buku ini. Dari kisah mereka, kita bisa belajar tentang bagaimana bisa hidup kaya dan terhormat di tengah lilitan kekurangan ekonomi. Mereka patut diteladani meski cuma orang biasa. Karena mereka adalah guru yang sesungguhnya: Guru Kehidupan. (Tersedia Januari 2010 di Gramedia dan media online lainnya).


Aku juga senang, rekan Blogor juga, Baban Sabarna (blogger dan penulis buku Lebah Cerdas), telah mengelola wadah maya bagi rekan-rekan semua untuk ngeblog dan menulis di www.rumahtulis.com. Semoga bermanfaat sebagaimana yang diungkapkannya berikut ini:

Insyaallah ada project training online dan penulisan buku periodik di tahun 2010....
Saya pekan ini start dengan 5 santri Pesantren Malhikudia untuk training online via YM; projectnya buku Santri Jurnalis.. semoga bisa jadi kontribusi buat Blogor, Bogor dan Indonesia.
Siapa mau ikut?


Ya, teman-teman semua yang mau saling berbagi inilah yang dapat menjadikan negara ini sebagai surga. Semoga demikian adanya. Amin.