Mukti-smansa Weblog

english is fun

Mathabah Foundation Home Page - Shaykh Yusuf Badat

IslamicPoem - Islamic Poems - IslamicPoem - Islamic Poems - Islamic Poetry

Future Islam → The Future For Islam

01 Mei 2013

Yang Perlu Ditiru, sebagai Inspirasi

Berikut ini sosok yang profilnya ditulis di Koran Sindo.


Ratu Townhouse Tiara Sarah Putri Sumantri - Jangan Tunggu Tua untuk Jadi Kaya

Tiara Sarah Putri Sumantri
Muda, cerdas, mapan. Itulah sosok Tiara Sarah Putri Sumantri saat ini. Pengalaman pahit keluarga yang pernah terlilit utang hingga ratusan juta rupiah justru menjadikannya sebagai salah satu pebisnis sukses di dunia properti pada usia 25 tahun. Kini, si Ratu Townhouse gencar menyebarkan virus agar semua anak muda cepat menjadi orang kaya sekaligus berjiwa sosial tinggi.

Kesuksesan di dunia bisnis diimbangi dengan sisi akademis. Sarah menjadi penulis buku termuda yang karyanya diterbitkan Universitas Indonesia (UI) Press. Buku yang dikembangkan dari skripsinya tersebut kini menjadi salah satu buku panduan mahasiswa jurusan ilmu politik di berbagai perguruan tinggi. Berikut petikan wawancara dengan bungsu dari dua bersaudara ini.

Bagaimana awalnya seorang akademisi seperti Anda bisa terjun ke bisnis properti? 

Saya memutuskan untuk berbisnis properti karena desakan ekonomi. Supaya perekonomian keluarga besar saya bisa pulih. Itu alasan utama yang membuat saya nekat terjun ke dunia properti. Tahun 2006 merupakan titik terendah perekonomian keluarga kami. Utang kami di bank mencapai ratusan juta rupiah lantaran harus membiayai pengobatan ibu saya yang menderita hipertiroid.

Jaminan pinjaman di bank adalah salah satu sertifikat rumah milik ayah (almarhum). Beliau meninggal saat saya baru berusia lima tahun. Karena uang pinjaman dari bank sudah menipis, kami terpaksa menjual barang apa pun yang ada di rumah. Kami banting tulang untuk melunasi semua utang. Sudah tak terhitung debt collectordatang ke rumah. Dari pengalaman itu, saya bertekad harus bisa mengubah keadaan ini dan menjadi orang kaya.

Alhamdulillah saya berhasil lulus SMA, kemudian membiayai sendiri kuliah di UI hingga lulus sarjana. Lulus dari UI, saya bekerja di Kedutaan Besar RI di Rumania dengan gaji sekitar USD1.500 per bulan. Bagi saya, itu gaji yang cukup besar. Tapi itu belum cukup untuk melunasi utang keluarga. Bisa sampai tua baru lunas semua.

Selain itu, hidup di negeri orang tanpa mengetahui pasti kondisi keluarga di Tanah Air membuat saya tidak tenang. Akhirnya saya putuskan untuk kembali ke Indonesia pada 2011. Jadi saya hanya tujuh bulan di Rumania. Saya tetap berpikir harus ada tindakan bisnis sendiri agar bisa menghasilkan banyak uang.

Sekembalinya saya dari Rumania, saya membuat perjanjian dengan pihak bank untuk merobohkan semua rumah di tanah peninggalan ayah. Tanah di Kebagusan, Jakarta Selatan, tersebut yang akhirnya saya kelola untuk membuat kaveling-kaveling. Guna melunasi utang di bank, saya menjual luas tanah kaveling terkecil.

Alhamdulillah utang bisa dilunasi. Lalu saya berpikir bahwa bisnis properti potensial menghasilkan banyak uang. Saya pun memutar otak untuk mengundang investor membangun rumah contoh proyek townhousedengan sistem profit sharing. Beruntung, saya berhasil mendapatkan investor yang mau menginvestasikan uang Rp200 juta untuk membangun rumah contoh di sebagian besar kaveling yang masih ada.

Selang dua bulan, rumah contoh berhasil dibangun dan terjual seharga Rp565 juta. Maka pada 2011, saya bekerja sama dengan kakak saya membangun 12 unit rumah serupa di atas tanah seluas 1.700 meter persegi (m2). Masing-masing terjual dengan harga Rp500 juta–600 juta. Townhouseitu saya namakan Pesona Indah Kebagusan I. Proyek “nekat” saya ternyata berjalan lancar dan menjadi pembuka bagi proyek-proyek townhouselain hingga sekarang.

Bagaimana perkembangan bisnis properti Anda saat ini? 

Alhamdulillah semua berjalan lancar. Seperti pada proyek pertama, selalu ada tangan Tuhan yang turut membantu. Proyek kedua saya adalah Pesona Indah Kebagusan II terdiri atas 11 unit di atas lahan 1.100 m2 dengan kisaran harga Rp1,1 miliar. Proyek ketiga Pesona Indah Ciracas pada 2012 terdiri atas 24 unit di atas lahan 3.100 m2 dengan kisaran harga Rp775 juta.

Proyek keempat Kemang Swatama Residence di Depok pada 2013 ini terdiri atas 31 unit di atas lahan 4.000 m2 dengan kisaran harga Rp320 juta untuk satu lantai dan Rp630 juta untuk dua lantai. Proyek terbaru saya Pesona Indah Pasar Minggu terdiri atas 8 unit dengan harga Rp1,8 miliar per unit.

Jadi sekarang apa rencana Anda? 

Saat ini saya dan dua orang teman sedang dalam proses membentuk satu gerakan sosial yang konkret dengan target anak-anak di daerah kumuh. Visi gerakan ini adalah masyarakat harus memiliki kesadaran yang kritis dan kepekaan tinggi terhadap lingkungan sekitar. Istilahnya critical movement awareness. Kami mendorong didirikannya kelompok belajar anak atau KBA di permukiman.

Tujuan utama KBA ini adalah untuk anak-anak pra- SD karena salah satu syarat seleksi masuk SD adalah bisa tulis, baca, dan hitung. Banyak orang tua anak-anak dari kalangan bawah tidak punya cukup uang untuk memasukkan anak mereka ke TK (taman kanak-kanak). Selain memberi modal pelajaran, kami pun ingin menyentuh mental anak-anak itu. Pendidikan bisa membawa mereka keluar dari jerat kemiskinan.

Selain KBA, kami mendorong semakin banyaknya pendidikan keagamaan gratis dan pemberian beasiswa bagi anak-anak berprestasi hingga perguruan tinggi. Saya yakin di antara mereka pasti ada yang mampu membawa perubahan bagi komunitas mereka. Saya juga berencana menyediakan pinjaman micro-finance kepada ibu-ibu sehingga mereka bisa berwirausaha.

Anda mengandalkan dana pribadi untuk membiayai semua gerakan ini? 

Untuk saat ini, saya dan kedua teman saya yang akan membiayai fasilitas yang diperlukan. Tapi gerakan ini terbuka bagi siapa saja yang ingin berpartisipasi dalam menciptakan kelompok masyarakat yang kritis. Mereka yang berlebihan materi bisa menyumbang. Adapun mahasiswa atau mereka yang mencari uang tambahan bisa mengajar di sini.

Dengan begitu, makin banyak orang yang tertolong. Siapa pun bisa juga berinisiatif sendiri melakukan gerakan sosial tanpa perlu menghubungi kami. Jalan sendiri saja. Virus gerakan sosial ini kami gencarkan juga melalui media sosial seperti Twitter yaitu @camoveid.

Dari mana inspirasi Anda hingga membentuk gerakan sosial ini? 

Seorang ulama intelektual asal Turki, Fethullah Gule. Gulen menginisiasi gerakan sehingga berhasil melahirkan kalangan kelas menengah baru di Turki. Dari gerakan ini muncul berbagai pesantren dan tempat belajar informal bagi mahasiswa dan anakanak dengan keterbatasan ekonomi.

Kini kalangan menengah baru tersebut merupakan kalangan yang mumpuni dalam soal materi maupun pengetahuan. Mereka terjun ke dunia politik dan bisa mengisi beragam institusi seperti politik, sosial, dan ekonomi di Turki. Gerakan Gulen yang sangat menginspirasi saya adalah mendakwahkan bahwa sebaik-baiknya individu adalah mereka yang bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi individu lain.

Untuk itu, kita harus kaya agar bisa menjadi manfaat bagi orang lain. Tidak hanya kaya materi, tapi juga kaya hati dan ilmu. Anak muda punya potensi besar untuk mewujudkan semua itu. Dari Gerakan Gulen ini, saya berharap muncul kalangan kelas menengah baru di Indonesia yang memiliki solidaritas tinggi antarsesama.

Selain sukses di bidang bisnis, Anda juga telah membuktikan sisi akademisi Anda dengan merilis sebuah buku .... 

Ya. Sekembalinya saya dari Rumania, selain mulai merintis bisnis properti, saya ditawari untuk menulis buku. Buku berjudul Demokratisasi Turki: Hubungan Sipil-Militer Tahun 2003–2011setebal 300 halaman menjadikan saya sebagai penulis termuda yang karyanya diterbitkan UI Press. Buku ini dikembangkan dari skripsi saya sebagai sarjana ilmu politik FISIP UI dan menjadi buku panduan belajar mahasiswa hubungan internasional dan politik. Selain di UI, buku ini juga didistribusikan di beberapa perguruan tinggi di Malang dan Yogyakarta.

Apa pesan yang ingin Anda sampaikan kepada anak-anak muda? 

Saya melihat anak muda saat ini mengalami krisis role modelatau sosok yang bisa dijadikan anutan. Padahal, anak muda yang paling berhak untuk menjadi kaya karena memiliki banyak kesempatan, tenaga, peluang, dan ilmu pengetahuan lebih luas dibandingkan generasi sebelumnya. Jadi sebenarnya tidak perlu menunggu tua untuk menjadi kaya.

Apalagi generasi muda jugalah yang paling bertanggung jawab untuk membangun bangsa ini. Jadi, apabila tujuan kaya sudah tercapai, tentu dengan jalan halal, pergunakan waktu dan harta yang ada untuk menolong lebih banyak orang agar juga bisa menjadi orang kaya. Kita harus bisa menyebarkan virus kaya-raya. ema malini  

Sisi Lain - Dorong Kebangkitan Kelas Menengah lewat Pendidikan

Tiara Sarah Putri Sumantri
Bagi perempuan keturunan Ternate-Makassar-Sunda ini, pendidikan merupakan kunci utama menuju kesuksesan. Karena itu, meski ikut pontangpanting mencari cara agar utang keluarganya yang mencapai ratusan juta rupiah bisa lunas, Sarah tidak mau pendidikannya putus.

Dia harus berhasil melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. “Saya getol terlibat di kepanitiaan acara- acara kampus dan EO (eventorganizer). Saya juga rajin mencari informasi beasiswa. Dari sana saya berhasil membiayai sendiri kuliah sejak 2006,” tutur Sarah. Gelar sarjana yang diraih Sarah pada 2010 sarat dengan lika-liku perjuangan di belakangnya.

Menyadari hal ini, setelah sekarang sukses menjadi pebisnis properti, Sarah ingin agar generasi muda dari kalangan masyarakat bawah memiliki peluang yang besar untuk menikmati pendidikan. Dengan bekal pendidikan, kata dia, setiap orang bisa lebih kritis dan lebih mampu meningkatkan taraf kehidupan mereka.

“Yang di bawah bisa ke tengah, yang di tengah bisa menjadi lebih mapan, bahkan menjadi kalangan atas. Yang terpenting adalah membangkitkan kelas menengah. Kelas menengah paling memengaruhi dan menentukan perjalanan bangsa,” tegasnya. Visi besar ini dimulai dengan sebuah langkah kecil.

Sarah dan beberapa temannya mendekati kalangan masyarakat dengan ekonomi lemah agar menyadari pentingnya pendidikan. Di sisi lain, Sarah menyebarkan “virus” peduli pendidikan bagi masyarakat kurang mampu kepada kalangan yang sudah mapan. Dia menyebarkan virus ini antara lain melalui jejaring sosial.

Kalangan muda yang mapan bisa bergerak bersama maupun sendirisendiri untuk mengimplementasikan kepedulian mereka terhadap pendidikan bagi masyarakat bawah. Sarah sendiri dan beberapa temannya aktif mengajar bahasa Inggris kepada anak-anak di kawasan kumuh Muara Baru, Jakarta.

Perempuan dengan tinggi badan 175 cm ini pun baru saja membuka taman bacaan di daerah tersebut. “Di taman bacaan ini, kami juga membuka kelas mengajar,” kata Kepala Departemen Komunikasi dan Kerja Sama Indonesia Development Institute (Indi) ini.

Sukses di bisnis properti tak menyurutkan tekad Sarah untuk menjadi staf pengajar di almamaternya, UI. Menjadi dosen merupakan salah satu cita-citanya agar bisa berbagi ilmu dan bermanfaat bagi orang lain. ema malini