Mukti-smansa Weblog

english is fun

Mathabah Foundation Home Page - Shaykh Yusuf Badat

IslamicPoem - Islamic Poems - IslamicPoem - Islamic Poems - Islamic Poetry

Future Islam → The Future For Islam

11 April 2009

KASIHANILAH CALEG GAGAL

Mudah-mudahan sih pemilu kali ini gak banyak menyisakan para caleg yang stres. Mestinya mereka sudah siap sejak semula untuk menang dan kalah. Mestinya pula mereka tidak menghambur-hamburkan biaya, baik materi maupun nonmateri, sehingga pada akhirnya gak rugi sendiri.

Namun, kini, pemilu telah kita lewati. Sebagai sesama manusia, kita mestilah peduli jika ada di lingkungan kita orang-orang yang berpotensi jadi stres gara-gara momen pemilu ini.

Memang, terutama para caleg itu sendiri yang mesti sadar. Mereka mesti ikhlas dan tawakal. Jadikan iman kuat untuk menerima kekalahan. Itu obat paling mujarab.

Berikutnya, lingkungan pun mesti ikut berperan. Ajak para caleg itu untuk tetap berkumpul bersama, berbagi suka dan duka. Jangan biarkan mereka menyendiri. Dampingi mereka agar gak sampai stres.

Yang dimaksud lingkungan di sini adalah keluarga, teman, dan partai asal para caleg. Sebagai tanggung jawab politis, tentu saja partailah yang paling harus bertanggung jawab terhadap para calegnya. Jangan habis manis sepah dibuang.

3 komentar:

  1. Semestinyalah para caleg itu sudah siap lahir batin.

    Kalau saya pasti stres, sebab belum siap semuanya.

    Kadang saya merasa ada yang keterlaluan, berdalih mempersiapkan tempat bagi para caleg yang gagal; mengekspose secara blak-blakan bahwa mereka telah siap menampung caleg gagal yang akan menjadi "gila". Kasihan, sebegitu jauh persiapan itu bagi saya sangat melecehkan.

    Persiapan boleh-boleh saja, tapi meramal bahwa para caleg yang gagal akan "sakit" ini sudah keterlaluan. Beritanya diobral lagi. Mbok yao gak usah sebegitu gencarnya.

    Keterlaluan.

    BalasHapus
  2. Mudah-mudahan tulisanku ini bukan termasuk olok-olok, tapi ajakan beneran untuk berempati kepada mereka.

    BalasHapus
  3. Yaaa sebenarnya, kalau kita mau mengerti diri sendiri untuk lebih menyadari pantas tidaknya kita menjadi caleg.

    Kadang2 saya kasihan melihat mereka diperolokan sedemikian rupa.
    Saya pikir mereka pasti sudah mempersiapkan dirinya secara matang sebelum memutuskan menjadi caleg.

    Saya berpendapat begitu karena saya mengukur diri saya bila ingin menjadi caleg.

    BalasHapus