Otak Tengah yang Bikin Heboh |
Saturday, 25 September 2010 | ||||||||
INGINanak Anda berkembang di atas rata-rata? Apakah Anda ingin memberi anak Anda kemampuan seperti para pesulap besar? Ingin anak Anda berprestasi sangat tinggi di sekolah dan kehidupan? Pelatihan ini memberikan kemampuan- kemampuan itu dalam waktu dua hari! Begitulah bunyi promosi yang dilayangkan sebuah lembaga yang menawarkan aktivasi otak tengah.Ya,fenomena aktivasi otak tengah (midbrain/ mesenchephalon) dalam waktu setahun terakhir menjadi pembicaraan banyak orang tua. Memang sudah banyak kesaksian dan testimoni yang mendukung argumentasi tentang efektivitas aktivasi otak tengah terhadap peningkatan kercerdasan, namun hingga saat ini banyak pihak meragukan sisi ilmiahnya. Fenomena ini pula yang membuat guru besar psikologi Universitas Indonesia Sarlito Wirawan Sarwono geram.Dia mengkritik keras fenomena aktivasi otak tengah yang berkembang belakangan. Sarlito terutama menekankan pada lemahnya sisi ilmiah dampak aktivasi otak tengah terhadap kecerdasan anak. Menurut dia, maraknya fenomena pelatihan tentang aktivasi otak tengah semakin meresahkan. Alasannya, hingga saat ini belum ada argumentasi ilmiah yang mendukung kesimpulan bahwa aktivasi otak tengah bisa membantu meningkatkan kecerdasan anak. ”Semua masih berdasarkan kesaksian dan testimoni. Jika ingin mengklaim sebagai sesuatu yang ilmiah, maka harus didukung dengan metode ilmiah dan verifikasi yang terukur. Jadi harus standar,” ujar Sarlito kepada SINDO. Hingga kini belum ditemukan laporan riset atau paper di jurnal ilmiah yang membahas korelasi antara aktivasi otak tengah dengan tingkat inteligensi. Untuk menjadi cerdas dan genius tidak mudah, tetapi harus melalui proses panjang. Antara lain seorang genius memiliki IQ tinggi, kemampuan untuk berinovasi, ketekunan, dan fokus pada apa yang dipelajarinya. ”Saya menjadi gerah dengan fenomena aktivasi otak tengah ini karena ada salah satu mahasiswa saya yang mengaku menjadi korban dari trainingyang hanya dua hari dengan biaya jutaan rupiah tapi katanya bisa membuat anak menjadi cerdas, berakhlak, dan memiliki emosi yang bagus,”papar Sarlito. Saking geramnya Sarlito mengibaratkan fenomena maraknya aktivasi otak tengah ini tidak berbeda dengan fenomena Mak Erot, wanita yang dikenal mampu memperbesar alat reproduksi kaum pria. Banyak kesaksian yang melingkupi, tapi tidak bisa dibuktikan khasiatnya secara ilmiah. ”Jika mereka melakukan kegiatan dengan benar tanpa alasan ilmiah segala, saya tidak ungkit,” keluh Sarlito. Pelatihan aktivasi otak tengah (saat ini) hanya diperuntukkan bagi anak usia 5–15 tahun.Menurut Sarlito, anak-anak usia 5–15 tahun adalah masa di mana mereka suggestible. Mata mereka ditutup kain dan disugesti untuk bisa melihat, maka mereka akan merasa bisa melihat.Atau sangat mungkin ada celah di antara hidung yang bisa digunakan anak untuk mengintip. Wajar saja kalau mereka bisa menggambar atau membaca. ”Untuk semakin membuktikannya, kita lihat saja 10 tahun lagi anakanak yang katanya bisa menjadi genius itu akan menjadi apa,” tantangnya. Sarlito juga mengkritik secara keras argumentasi yang menyebutkan bahwa aktivasi otak tengah bisa menyeimbangkan emosi dan menumbuhkan rasa empati anak. Sehingga si anak akan memiliki akhlak mulia.Padahal, untuk membangun karakter dan akhlak seseo r a n g , peranan terbesar adalah dari pendidikan dan lingkungan. Selain itu prosesnya juga butuh waktu lama dan bersifat dinamis. Prinsipnya, masyarakat harus bersikap kritis terhadap segala sesuatu yang bersifat instan. Bagaimanapun fenomena semacam aktivasi otak tengah yang demikian populer ini akan tetap berulang di masa mendatang. Situasi itu contohnya pada fenomena metode belajar matematika dengan teknik sempoa atau kumon yang sempat meraih popularitas. Meski saat ini metode-metode tersebut tidak mati,namun popularitasnya sudah surut. Demikian pula aktivasi otak tengah, bisa jadi nanti akan digantikan fenomena lain yang tidak kalah populernya. Terkait otak tengah ini Sarlito menjelaskan, bagian otak ini berfungsi untuk mengoordinasikan semua stimulus indra perasa sebelum didistribusikan ke bagian-bagian otak lain.Adapun kecerdasan terletak pada kulit otak yang tersebar. Otak tengah adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai relay station untuk penglihatan dan pendengaran. Dalam pandangan Sarlito, otak tengah tidak mengurusi inteligensi, emosi, apalagi aspek-aspek kepribadian lain seperti sikap, motivasi, dan minat. Berbeda dengan Sarlito, penulis buku Dahsyatnya Otak Tengah Hartono Sangkanparan menjelaskan, yang dimaksukan genius dengan otak tengah adalah keseimbangan dalam memakai seluruh bagian otak secara bersamaan.Tidak ada lagi pemisahan-pemisahan. Karena otak sebenarnya memang bekerja secara terintegrasi dengan tingkat kompleksitas yang tinggi. Secara mudah genius yang dimaksudkan adalah keseimbangan antara IQ dan EQ ditambah dengan loving inteligence (kemampuan mengasihi orang lain). ”Diharapkan generasi baru ini akan menjadi orang-orang yang berpikiran terbuka,positif,kreatif, dan baik hati. Karena otak tengah mempunyai fungsi koordinasi, dengan aktifnya otak tengah, kecerdasan secara umum akan meningkat,” ujar Hartono yang juga pernah mengikutkan anaknya pada program pelatihan aktivasi otak tengah ini kepada SINDO. Menurut dia, secara umum kecerdasan yang muncul adalah kecerdasan dasar yang sudah ada di otak anak, tetapi belum terlihat manifestasinya.Beberapa di antaranya adalah meningkatnya konsentrasi, daya ingat,daya tangkap, kreativitas, daya analisa. Otak tengah adalah bagian integ ral d a r i otak.Tidak dapat dipisahkan dengan otak kanan, kiri, depan, belakang. Mereka semua terkait dalam satu kesatuan. ”Beberapa orang yang salah mengerti menjelaskan seolah-olah otak tengah adalah otak superior yang mengalahkan otak lain. Mungkin ada yang menyangka kita tidak perlu otak lain selain otak tengah.Tentu saja ini tidak benar. Otak tengah adalah bagian dari otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari bagian otak yang lain,”paparnya. Selama ini sebagian kalangan yang mengklaim sisi positif aktivasi otak tengah juga meyakini bahwa bagian kecil dari otak ini berfungsi menghubungkan otak kanan dan otak kiri.Tetapi, pada kalangan medis hal itu dibantah dan dianggap sebagai sebuah kesalahan fatal. Karena dalam kacamata medis, otak tengah (mesenchephalon) tidak berada di tengah-tengah, antara otak kanan dan otak kiri, melainkan berada di tengah-tengah antara otak depan dan otak belakang. Pandangan ini juga diperkuat tulisan Arman Yurisaldi dalam bukunya ”Mengungkap Misteri Otak Tengah” yang menyebutkan, otak tengah (midbrain), secara anatomik adalah bagian penghubung otak depan (forebrain) dengan otak belakang (hindbrain). Lalu,P Sidharta dan G Dewanto dalam buku Anatomi Syaraf Pusat Manusia menulis bahwa penghubung antara otak kiri dan kanan adalah corpus callosum.Karena itu, bagi kalangan yang ”menentang” program aktivasi otak tengah menyatakan, kesalahan fatal ini membuktikan bahwa secara anatomi,para praktisi otak tengah tidak dapat dipercaya dalam sisi ilmiahnya. (abdul malik/ islahuddin)
|
Kontroversi Aktivasi Isi Kepala |
Saturday, 25 September 2010 | ||||||||||||||||||||||
SEBAGIANbesar masyarakat memercayai aktivasi otak tengah bisa menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri. Sebagian lain justru menuding program ini sebagai bentuk kegiatan bisnis ”tipu muslihat” berkedok sains ilmiah. Di masyarakat kini berkembang kontroversi tentang aktivasi otak tengah.Tidak sedikit masyarakat yang memberikan tanggapan positif terhadap program ini. Mereka begitu memercayai manfaatnya.Sebaliknya, banyak pula yang menuding program ini sebagai bentuk penipuan gaya baru. Kendati begitu, fenomena maraknya pelatihan aktivasi otak tengah di Indonesia sudah banyak diikuti masyarakat. Meski harus merogoh kocek sebesar Rp3,5 juta per anak untuk mengikuti pelatihan selama dua hari,tidak sedikit masyarakat yang mengikutkan anaknya dalam program ini. Malah, Genius Mind Consultancy (GMC)–Indonesia sebagai lembaga penyelenggaraan pelatihan aktivasi otak tengah di Indonesia telah memiliki cabang waralaba hampir di seluruh Indonesia. Untuk setiap kota biasanya ada pemegang lisensi master dan sublisensi. Di Jakarta misalnya sudah ada empat lembaga GMC yang berdiri. Demikian juga di Bekasi ada satu pemegang lisensi master dan delapan cabang lainnya. Hal serupa juga terjadi di kota-kota lain di Indonesia. Ibaratnya, kini Indonesia sedang demam aktivasi otak tengah. Sudah 5 tahun GMC mengembangkan metode aktivasi otak tengah yang dilakukan dalam waktu 2 hari di Malaysia dan negara lain (khusus untuk usia 5–15 tahun). Pencetus pelatihan ini adalah pria berkebangsaan Malaysia David Ting. Disebut-sebut,metode aktivasi otak tengah telah berkembang selama 50 tahun di Jepang.Sebagian masyarakat meyakini tingkat keberhasilan pelatihan ini sangat fenomenal dan membantu ribuan anak di seluruh dunia menjadi lebih cerdas, berbakat, dan punya karakter yang baik. GMC hadir di Indonesia pertama kali di Batam dengan program yang dilaksanakan pada 26–27 September 2009. Program yang sama juga kemudian diikuti di Bandung dan sekitarnya hingga Cirebon, juga pada tanggal yang sama. Setelah itu, program ini digelar di sejumlah kota di Indonesia. Pemegang master lisensi GMC untuk wilayah Indonesia adalah Donny Satiya. Saking fenomenalnya, Sabtu (25/9), GMC Indonesia melatih 50 anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) di markas besar Cilangkap setelah pada 12 April 2010 GMC Indonesia berkunjung untuk memberikan presentasi mengenai aktivasi otak tengah. Kesaksian-kesaksian tentang manfaat dari aktivasi otak tengah mungkin sudah tidak terhitung. Banyak kisah dan pengalaman yang diungkapkan orang tua alumni di laman situs resmi GMC Indonesia dan cabang kota lain hingga di jejaring sosial dunia maya Facebook. Kabarnya anak-anak yang mengikuti pelatihan ini tidak hanya mampu menggambar dan membaca dengan mata tertutup, tetapi juga memiliki kemampuan ajaib lain. Sebagaimana dapat dilihat dalam laman akun Facebook GMC Indonesia, misalnya, dikisahkan perihal GMC cabang Gresik yang menemukan fenomena baru. Jika biasanya seorang anak (setelah mengikuti pelatihan) bisa mengetahui warna dan gambar dengan cara diraba, dicium, didengar, tetapi salah satu siswa GMC Gresik bisa menebak tulisan dalam kertas yang dilipat dengan cara menggunakan indera pengecap, yaitu lidah. Namun, informasi itu belum terkonfirmasi benar atau tidaknya. Meski demikian, aktivasi otak tengah diyakini membuat anak-anak bisa membaca dan melihat dengan mata tertutup (blind fold),karakter mereka menjadi lebih baik, serta prestasi sekolah mereka meningkat. Sudah banyak kesaksian yang menyatakan kebenarannya. Bukti lain yang lebih fenomenal mengenai program ini adalah adanya pengakuan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) terhadap kegiatan bersepeda dengan mata tertutup yang diikuti 500 anak pada Mei 2010 di Jakarta yang diselenggarakan GMC Indonesia. Sebagian orang menuding, mata anak-anak yang mengikuti kegiatan sepeda santai di Bundaran HI Jakarta tersebut tidak sepenuhnya ditutup sehingga mereka masih bisa melihat dan mengayuh sepeda dengan aman. Namun argumentasi lain juga menyebutkan bahwa jika memang terjadi kebohongan, apakah mungkin dilakukan secara kompak oleh 500 anak tersebut? Yang jelas, menurut pemilik lisensi GMC cabang Bekasi Timur Faisal NA Moeliza, hingga saat ini belum ada laporan tentang dampak negatif dari mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah ini. ”Efek aktivasi otak tengah terhadap setiap anak berbeda-beda. Efek yang dirasakan satu anak tidak bisa dijadikan tolok ukur pada anak lain,” ungkapnya kepada Seputar Indonesia(SINDO). Dalam artikelnya yang berjudul ”Now Everyone Can Be a Genius” sebagaimana yang dipublikasi dalam laman situs GMC,David Ting mengungkapkan sejak tahun 2005 GMC sudah menemukan pendekatan ilmiah untuk mengaktifkan otak tengah. Setelah diaktivasi seseorang bisa melihat lewat mata tertutup dengan menggunakan gelombang tertentu di bagian otak yang dikenal dengan mesencephalon. Lokasinya terletak di antara otak kanan dan kiri. Otak tengah akan berada pada kondisi tidur atau kurang berfungsi akibat stres dan sedih. Setelah diaktivasi, kekuatan otak tengah kembali bangkit dan banyak potensi yang muncul, yang secara sederhana dikatakan sebagai jenius. ”Beberapa manfaat aktivasi otak tengah di antaranya memperbaiki memori sehingga bisa belajar banyak hal dalam waktu lebih sedikit. Lebih konsentrasi, kreatif atau inovatif,memperbaiki bakat, menyeimbangkan hormon atau lebih sehat, serta menyeimbangkan penggunaan otak kanan dan kiri,”ujar David. Namun, argumentasi David mendapat sanggahan sangat keras dari kalangan medis di mana dunia kedokteran tidak mengenal istilah otak tengah. Karena istilah otak tengah hanya dipakai pada saat pembentukan otak pada janin dalam kandungan. Setelah pembentukan itu selesai, otak tengah (midbrain/mesencephalon) sudah digolongkan sebagai batang otak. Kemudian kajian psikologis juga bertolak belakang dengan pandangan David yang menyebutkan otak tengah (mesencephalon) adalah penyeimbang otak kanan dan kiri. Sebab, dalam pandangan psikologis, fungsi mesencephalon bukan sebagai penyeimbang otak kanan dan otak kiri, melainkan sebagai perantara antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Karena itu, dalam laman jejaring sosial Facebook, tidak sedikit pihak yang menggugat dan mencerca GMC ini. Mereka berpendapat apa yang dijanjikan GMC dalam promosinya bisa membuat anak jenius dengan cara instan melalui pelatihan yang hanya dua hari adalah penipuan besar. Dalam salah satu akun Facebook yang bernama Menggugat GMC Indonesia tidak hanya diungkapkan tentang pengalaman buruk para orang tua yang kecewa terhadap GMC.Grup akun ini juga sudah beranggotakan 4.300-an orang.Diskusi yang berlangsung di laman akun Facebook ini juga demikian dinamis. Tidak berbeda pula, dalam salah satu posting dalam laman kaskus.us mengenai kisah korban aktivasi otak tengah dan persiapan gugatan hukum dibahas sisi-sisi negatif dari pelatihan tersebut. Thread ini juga mendapatkan bayak tanggapan dengan diskusi yang sangat dinamis diiringi dengan kesaksian-kesaksian dari orang-orang yang dirugikan. Bagaimanapun, benar atau tidaknya manfaat dari aktivasi otak tengah ini, hanya GMC dan waktu yang bisa menjawabnya. Yang jelas, pelatihan aktivasi otak tengah ini kini menuai kontroversi, bahkan sering dituding sebagai bentuk penipuan bisnis berkedok ilmiah atau sains. (abdul malik/islahuddin)
|