Ups, dia datang lagi. Perutku melilit, pengin cepirit, tapi blum sampai terbirit. Aku berusaha menahannya, merasakannya, sambil terus mengetikkan huruf-huruf ini. Hari hampir subuh. Banyak tugas dan rencana tertinggal merana. Menumpuk. Tapi, tiba-tiba dia datang menyerang.
Aduh, ada yang pedih di ulu hati. Tunggu sebentar, aku ingin menyelesaikannya, menuliskanmu di sini. Kau mau apa sebenarnya, kok datang tiba-tiba, gak kasih tanda-tanda, gak kasih aku waktu tuk bersiap. Kau mau aku memejamkan mata, derita, asa, apa-apa saja yang ada di pikiran, hati, lalu mati. Hiii takut, aku blum ingin mati. Klo maksudmu rehat sejenak dari semua kesibukan, mengistirahatkan semua yang hidup dalam kondisi stand by dengan napas dan nadi yang terus berembus, berdenyut, tentu saja memang sudah semestinya begitu tiap hari. Kau mau menagih hakmu itu? Apa aku tlah mengabaikan hakmu, mangkir sehingga menyisakan utang? Berapa utangku? Oke deh, gak perlu kau hitung, aku segera memenuhi ajakanmu tuk berbaring di peraduan. Yuk, kita bobo.
28 Januari 2009
Waktu Serasa Tak Cukup
Ya, terasa tak cukup waktu untuk semua keinginan, semua rencana, semua tugas, kewajiban, keharusan, atau sekadar kesunahan. Tak cukup pula rasanya waktu untuk melakukan semua kebaikan.
Sebabliknya, untuk seberapa banyak pun kemalasan atau semua keburukan, waktu terasa akan selalu sanggup menampungnya. Termasuk untuk semua kebingungan, kebodohan, kengantukan, kemendengkuran, kecapaian, ke- apa lagi ya? Silakan ditambahi sendiri. Atau Anda bingung memahami postingan ini? Silakan dikomentari sesuka hati.
Sebabliknya, untuk seberapa banyak pun kemalasan atau semua keburukan, waktu terasa akan selalu sanggup menampungnya. Termasuk untuk semua kebingungan, kebodohan, kengantukan, kemendengkuran, kecapaian, ke- apa lagi ya? Silakan ditambahi sendiri. Atau Anda bingung memahami postingan ini? Silakan dikomentari sesuka hati.
Langganan:
Postingan (Atom)